Ronaldo memiliki ambisi yang tinggi sejak kecil. Meskipun dihadapkan pada kondisi yang sulit, ia selalu ingin menang dan menjadi yang terbaik di lapangan. Bahkan ketika timnya kalah, kegigihan Ronaldo tetap membara, terkadang disertai dengan tangisan yang membuatnya dijuluki sebagai si "anak cengeng" oleh teman-temannya.
Kemampuan Ronaldo dalam mengolah bola menarik perhatian pelatihnya di klub sepakbola lokal. Pada usia delapan tahun, ia mendaftar di klub tempat ayahnya bekerja sampingan sebagai kidman. Inilah awal perjalanan Ronaldo menuju dunia sepak bola.
Baca Juga: Ternyata Pembangunan Jalan Tol di Era Presiden Jokowi Kalah dengan Pembangunan Jalan Ini
Dari Madeira ke Lisbon
Ronaldo pindah ke klub Sporting CP di Lisbon pada usia 10 tahun setelah mendapatkan izin dari orang tuanya. Meskipun langkah ini menjanjikan, perpisahan Ronaldo dengan keluarganya menjadi momen sulit. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan tinggal di kamar kecil bersama teman setimnya.
Keuangan yang terbatas membawa Ronaldo ke situasi di mana ia dan teman-temannya sering meminta burger sisa di restoran dekat hotel. Namun, kisah ini tidak menghentikan tekadnya untuk mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola profesional.
Baca Juga: Pesona Alam Lombok, Berikut 8 Destinasi Menakjubkan Dekat Sirkuit Mandalika
Ketidaksetujuan Sekolah dan Keputusan Menentukan
Ronaldo tidak menyukai sekolah dan sering menjadi bahan olokan teman-temannya. Bahkan, gurunya pernah mengatakan bahwa sepakbola tidak akan membuatnya kaya. Kejadian ini memotivasi Ronaldo untuk membuktikan sebaliknya.
Keputusan Ronaldo untuk fokus pada sepak bola dan meninggalkan sekolah adalah langkah besar. Meskipun berat, itulah yang membuatnya semakin tekun dan semangat untuk membuktikan bahwa gurunya keliru.