Begini Penjelasan Pundit Sepak Bola Indonesia Tentang Performa Negatif Manchester United

- 2 Oktober 2023, 19:45 WIB
Martin Ferguson dan Sir Alex Ferguson/twitte/aunrrahman
Martin Ferguson dan Sir Alex Ferguson/twitte/aunrrahman /

JURNAL SOREANG - Manchester United kembali ke jurang tren negatif. Terbaru, Setan Merah kalah melawan Crystal Palace di ajang Premier League dengan skor 0:1. Padahal, Manchester United membantai tim itu dengan skor 3:0 pada ajang Carabao Cup pada Rabu, 27 September 2023 waktu Indonesia. 

Sempat yakin bahwa Manchester United akan kembali ke jalur kemenangan pasca melawan Burnley pekan keenam Premier League, namun di laga ketujuh kembali kalah. 

Berbicara soal Manchester United, tim yang pernah treble winner pada musim 1998/99 itu pernah dilatih oleh Sir Alex Ferguson. 

Baca Juga: Manfaat Sinar Matahari Untuk Kesehatan Dan Umur Panjang

Meski pada awalnya tidak meraih kesuksesan, namun secara pasti Manchester United meriah beberapa gelar. Apa saja langkah dan kebijakan yang dilakukan oleh Sir Alex Ferguson? 

Dikutip Jurnal Soreang dari cuitan akun Twitter X Aun Rahman @aunrahman yang diposting pada 17 September 2023, banyak fans ynag mengira bahwa Sir Alex Ferguson mengubah budaya negatif Manchester United yang suka party dan mabuk. 

Nyatanya, Sir Alex Ferguson melakukan modernisasi program pemain akademi dan jaringan pencarian bakat atau Scout Network seantero Inggris. Hasilnya bisa kita tonton pada film The Class of '92. 

Adik dari Sir Alex Ferguson, yaitu Martin Ferguson juga bagian dari Scout Network dari Manchester United saat itu. 

Dari Martin Ferguson, Manchester United menemukkan beberapa pemain bintang seperti Ruud van Nistelrooy, Diego Forlan, dan lainnya. Dengan saudara kandungnya, pekerjaan Sir Alex Ferguson untuk mencari pemain dapat dilakukan. Hasilnya, tim semakin berkembang. Hal ini mengikut Scout Network yang juga semakin berkembang dan naik level. 

Saat scout network sudah mencapai level global, Setan Merah menemukan bakat dari da Silva bersaudara, Fabio dan Rafael serta Rodrigo Possebon.

Baca Juga: Tembak Mati 5 KKB di Papua, TNI-Polri Sita Dua Senpi Buatan AS dan PT Pindad

Hal ini juga dilakukan oleh Arsenal, namun bedanya adalah awal dari scout network dari Arsenal mencakup seantero Prancis karena pelatih Arsenal saat itu masih dijabat oleh Arsene Wenger. 

Seiring bertambahnya waktu dan sepak bola semakin modern, urusan menjadi pelatih kepala atau manajer seperti saat ini semakin kompleks. Bahkan vatiabelnya semakin banyak. 

Artinya, hal-hal tersebut sudah tidak bisa dikendalikan oleh pelatih seperti Sir Alex Ferguson atau Arsene Wenger. Maka dari itu, tim harus punya suport system yang bagus. Support System yang dimaksud adalah Director Football and Scouting Network. Pasca ditinggal oleh Sir Alex Ferguson, Manchester United belum memilikinya hingga kini. Tim top Premier League lainnya sudah lunya support system. Bahkan tim kuda hitam sekelas Brighton & Hove Albion sudah punya support system. 

Di tim seperti Manchester United, untuk strategi beli pemain yang diinginkan sudah ditaur sama manajer. Jadi, pemain yang dibeli oleh Manchester United hingga kini kebanyakan sesuai selera manajer. Itu memperkuat bahwa beberapa pemain Manchester United yang tidak bisa beradaptasi dengan cara bermain setiap manajer yang silih berganti melatih Manchester United. Hal ini terlihat pasca Manchester United sejak tidak dilatih Sir Alex Ferguson. 

Disaat tim lain mengangkat orang dengan pengalaman sepak bola dan pencarian bakat yang tidak diragukan macam Txiki Begiristain, Manchester United malah mengangkat orang yang belum cukup dengan pengalaman sepak bola dan pencarian bakat, John Murtough. Tidak heran jika pemainnya tidak perform seperti saat ini.***

Editor: Yoga Mulyana

Sumber: Twiter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah