JURNAL SOREANG - Peristiwa tragedi Stadion Kanjuruhan membawa kesedihan yang mendalam.
Tragedi Stadion berdarah tersebut banyak pihak yang menyayangkan dan turut prihatin, mengharukan.
Seperti di terangkan penonton mengenai tragedi stadion yang waktu itu ia berhasil selamat.
Tragedi stadion diterangkan oleh salah seorang Aremania yakni Rezqi Wahyu, dalam akun Twitternya @RezqiWahyu_05.
Dalam tulisannya ia menerangkan bahwa kerusuhan mulai pecah saat seorang suporter tribun Selatan.
Nekat masuk dan mendekati dua pemain Arema, bek Sergio Silva dan kiper Adilson Maringa.
“Dia terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka,” tulis Rezqi.
Kemudian, disusul beberapa Aremania lain juga ikut turun dan mengungkapkan kekecewaannya kepada pemain.
Setelah itu tiba-tiba, ribuan penonton berhamburan ke lapangan diikuti dengan pelemparan benda-benda ke lapangan.
“Suporter semakin tidak terkendali,” tulisnya lagi.
“Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter. Yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis. Dipentung dengan tongkat panjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng, dan banyak tindakan lainnya,” tulis Rezqi lagi.
Lantas, suporter lantas menyerang aparat lalu dibalas dengan berondongan tembakan gas air mata.
Bahkan ada juga polisi yang langsung menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton. Khususnya di dekat pintu 10.
“Para suporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh di atas tribun. Mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para suporter panik terkena gas air mata,” tulis Rezqi.
“Banyak ibu-ibu, orang-orang tua, dan anak-anak kecil yang terlihat sesak tidak berdaya. Tidak kuat untuk ikut berjubel agar bisa keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata, seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet.” tulisnya lagi.
“Kondisi luar stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak suporter yang lemas bergelimpangan, teriakan, dan tangisan perempuan. Suporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian, dan amarah. Batu batako, besi, dan bambu yang berterbangan,” tulis Rezqi lagi.
Baca Juga: Tak Hanya Batal Lawan Persija di Liga 1, Persib Terancam Batal di AFC Cup
Akhirnya terjadilah kejadian paling berdarah dan mengerikan dalam kancah sejarah sepak bola Indonesia.
Sejumlah 129 orang meninggal dunia dan belum lagi yang lainnya mendapatkan luka-luka biasa hingga parah.***