Namun, nyaris sepanjang musim itu Roma duduk di singgasana klasmen, selama 31 pekan (Serie A saat itu berjumlah 34 pekan karena masih diikuti 18 tim).
Anak asuh Capello saat itu hanya 3 kali merasakan kekalahan, itupun dari klub-klub besar: Inter, AC Milan, dan Fiorentina. Bisa dibayangkan betapa mudahnya Roma saat itu mengatasi tim-tim kecil.
Baca Juga: Gokil! Lakoni Laga Debut Bareng Bayern Munchen, Matthijs de Ligt Langsung Cetak Gol
Mesin gol utama Roma saat itu adalah Gabriel Batistuta yang di awal musim baru didatangkan dari Fiorentina yang menilai Batigol telah kehabisan masanya karena pada ketika itu bomber Argentina sudah berusia 32 tahun.
Siapa sangka, Batigol ternyata belum habis ketajamannya, terbukti dengan jumlah 20 gol yang berhasil ia cetak pada musim itu.
Batistuta duduk di urutan 4 top skor Serie A 2000/2001, hanya tertinggal dari Hernan Crespo (26 gol), Andriy Shevchenko (24 gol), dan Federico Chiesa (22 gol).
Jagoan Roma selanjutnya tidak lain dan tidak bukan adalah sang pangeran yang kemudian bermonogami di klub tersebut: Francesco Totti.
Itu adalah awal masa kehebatan Totti di mana ia sedang dalam usia emas pesepakbola (24 tahun) dan menjadi kunci utama permainan Giallorossi.
Jika masih ingat, laga terakhir penentuan Scudetto, Roma harus menghadapi lawan cukup berat yaitu Parma di Stadion Olimpico.