Hal ini tentu menjadi masalah, terutama di pertandingan play-off yang menggunakan format kandang-tandang di mana gol agregat adalah penentu hasilnya.
Bicara soal agregat gol, tidak kebobolan tentu saja bersifat penting, bahkan wajib.
Kendati Portugal memiliki garansi mencetak gol dalam sosok Cristiano Ronaldo, tapi apalah artinya jika gawang mereka sendiri mudah kebobolan?
Di babak kualifikasi Piala Dunia 2022, dan bahkan di dua turnamen besar terakhir yaitu Piala Dunia 2018 dan Piala Eropa 2020, gawang Portugal masih boros kemasukan gol.
Portugal yang finis di urutan 2 klasemen babak kualifikasi lalu, kebobolan 6 gol dari 8 pertandingan, tidak bisa dikatakan cukup baik bagi tim sekelas Portugal.
Baca Juga: Ungkap Kasus Kekerasan Terhadap Anak, Komnas PA Berikan Penghargaan Kepada Polresta Bandung
Di Piala Eropa 2020, yang sebenarnya dimainkan tahun 2021, jumlahnya lebih parah lagi. Gawang Rui Patricio jebol 7 kali dari hanya 4 pertandingan, padahal ketika itu lini pertahanan mereka dikawal Ruben Dias, bek terbaik Liga Inggris musim 2020/2021.
Di Piala Dunia 2018 juga sama rapuhnya, 6 gol bersarang dari hanya 4 pertandingan.
Tiga catatan buruk jumlah kebobolan itu harus menjadi alarm bagi Fernando Santos untuk segera mencari solusi jelang babak play-off yang hanya tinggal berjarak kurang dari satu bulan lagi.