Mengapa Para Artis Seperti Raffi Ahmad dan Atta Ramai Beli Klub Bola, Padahal Pasti Rugi? Simak Penjelasannya

- 16 Juni 2021, 20:30 WIB
Raffi Ahmad (Bos RANS Cilegon FC) dan Kaesang Pangarep (Persis Solo) menjadi publik figur Indonesia yang terjun ke dunia sepak bola.
Raffi Ahmad (Bos RANS Cilegon FC) dan Kaesang Pangarep (Persis Solo) menjadi publik figur Indonesia yang terjun ke dunia sepak bola. //instagram/@raffinagita1717/@kaesangp

JURNAL SOREANG – Beberapa waktu terakhir, banyak artis atau publik figur yang mengakuisisi klub sepak bola.

Sebut saja artis dengan nama Raffi Ahmad (Cilegon United), Gading Marten (Persikota Tangerang), Atta Halilintar (PSG Pati) dan bahkan putra presiden RI Joko Widodo, Kaesang Pangarep (Persis Solo).

Selain nama-nama di atas, muncul nama artis lain yang juga dirumorkan akan membeli klub bola, yaitu Rizky Billar (PSMS Medan) dan Baim Wong (Sriwijaya FC).

Baca Juga: Pergantian Nama AHHA PS Pati FC Jadi Sorotan, Pengamat Sepakbola: PSSI Tidak Siap Hadapi Perubahan

Pertanyaan yang pasti banyak bermunculan adalah, apakah membeli klub bola itu menguntungkan?

Kenapa para artis kini ramai membeli klub bola? Apa tujuan para publik figur ini untuk mengakuisisi sebuah klub sepak bola?

Menjawab hal tersebut, haruslah dimulai dari sumber pendapatan klub bola itu sendiri.

Dilansir Jurnal Soreang dari akun Instagram @ngomonginuang, pendapatan sebuah klub sepak bola pada umumnya berasal dari:

Baca Juga: Heboh Bos RANS Cilegon FC Janjikan Mobil, El Loco Gonzales: Ini Nggak Bagus Buat Tim

  • Hak siar TV;

  • Penjualan Merchandise;

  • Penjualan tiket stadion;

  • Penjualan pemain;

  • Hadiah uang (prize money) kompetisi;

  • Sponsor.

Sedangkan sumber pengeluaran satu klub bola, di antaranya adalah pembelian pemain, membayar gaji, manajemen dan operasional.

Artinya dari semua pendapatan dan jika dibandingkan dengan pengeluaran satu klub sepak bola, pengeluaran ini lah yang biasanya membuat margin keuntungan klub bola tipis, atau malah cenderung merugi.

Baca Juga: RANS Cilegon FC Dibantai Arema di Laga Uji Coba, Bos RANS: Penjualan Tiket Jadi Bukti

Contoh kasus dan fakta klub bola kebanyakan rugi sudah ada di Eropa sana. Berikut penjelasannya (berdasarkan pendapatan tertinggi):

  • FC Barcelona (Spanyol): Rp12,4 triliun;

  • Real Madrid: Rp12 triliun;

  • Bayern Munich: Rp11 triliun;

  • Man United: Rp10,1 triliun;

  • Liverpool: Rp9,7 triliun.

Dari pendapatan sebesar itu dan uang yang diperoleh oleh tim sekelas Barcelona, berapa keuntungannya? TIDAK ADA.

Bahkan dalam laporan keuangannya sendiri, klub raksasa Katalan ini rugi sekitar Rp1,6 triliun.

Baca Juga: Bos RANS Cilegon FC Silaturahmi dengan PSSI, Rudy Salim: Bertanding Juga Belum, Tapi yang Lihat Banyak

Belum lagi, banyak klub sepak bola di Eropa sana yang meninggalkan utang menggunung.

Tottenham Hotspur (Inggris), memiliki utang Rp24,2 triliun. Barcelona yang pendapatannya tertinggi, punya utang yang harus dibayar senilai Rp20,2 triliun.

Ada lagi Atletico Madrid (16,2 triliun rupiah), Man United (15,5 triliun rupiah), dan Inter Milan yang baru saja meraih trofi Liga Italia 2020-2021 (Rp15,3 triliun).

Jika kebanyakan membeli dan mengelola sebuah klub bola banyak rugi dan utang, lantas apa yang membuat para artis ini membeli klub sepak bola?

Baca Juga: RANS Cilegon FC Telan Kekalahan Pertama, Gak Jadi Dapat Bonus Rp70 Juta

Menurut salah satu jurnalis dari Financial Times yaitu Simon Kuper, memberikan penjelasan yang masuk akal terkait fenomena membeli klub bola ini.

"Bagi kebanyakan pemilik klub sepak bola, mereka mengincar kemenangan dari pada profit. Mengakuisisi sebuah klub sepak bola, persis seperti membeli lukisan Picasso."

"Ya, takkan untung. Namun, Anda akan diapresiasi oleh lingkungan sekitar. Kalau anda ingin menjualnya di kemudian hari selama cara kelolanya benar, anda masih bisa untung."

Muncul pertanyaan lain, yaitu bagaimana dengan Liga Indonesia yang mempunyai basis suporter yang sangat loyal?

Baca Juga: Netizen Kritik Launching Pemain RANS Cilegon FC, Pemain Udah Tua Buat Apa?

Saat ini, satu-satunya klub Liga Indonesia yang sudah bisa di-tracking keuangannya hanya Bali United.

Berbeda dengan klub besar Eropa yang banyak merugi kala diterpa pandemi, Bali United masih membukukan laba bersih senilai Rp5 miliar.

Sedangkan laba bersih kuartal I 2021 milik Bali United, mengalami peningkatan tajam hingga mencapai Rp48,11 miliar.

Dari keuangan yang diperoleh Bali United tersebut, bisa dilihat bahwa industri sepak bola Indonesia masih sangat dinamis dan mempunyai potensi yang sangat besar.

Jadi, menarik dinanti bagaimana para artis tersebut menjalankan klub yang mereka akuisisi, baik di lapangan hijau maupun bagaimana cara mereka mengatur keuangan klub.

Apakah akan menghasilkan profit yang besar seperti Bali United, atau malah mengalami kerugian seperti klub-klub sepak bola Eropa? Menarik untuk ditunggu.***

 

Editor: Sarnapi

Sumber: Instagram @ngomonginuang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x