Ternyata! Ini Alasan Arsenal Era Mikel Arteta Jarang Membeli Striker

3 Oktober 2023, 17:19 WIB
Potret Arteta /Tangkapan layar Twitter/@kevinbahasbola

JURNAL SOREANG - Di era Mikel Arteta, Arsenal dinilai jarang membeli striker atau penyerang tengah.

Itu bisa dilihat pada permainannya yang mengandalkan penyerang sayap untuk mencetak gol ke gawang lawan.

Padahal, striker atau penyerang tengah juga sama pentingnya dengan penyerang lainnya.

Mengapa Arteta bertindak demikian?

Baca Juga: Disambut Pengurus Demokrat, SBY dan Rombongan Sambangi Soreang Bandung, Ada Apa?

Dikutip Jurnal Soreang dari cuitan akun Twitter X Kevin William @kevinbahasbola yang diposting pada 1 Oktober 2023, sebenarnya desakan fans The Gunners bukan tanpa sebab, buktinya dua peluang emas di laga lanjutan Premier League melawan Tottenham Hotspurs yang disia-siakan.

Jika dua peluang emasnya bisa diselesaikan menjadi gol, tidak ada desakan fans untuk membeli striker atau penyerang tengah baru.

Baca Juga: Mudryk Cetak Gol, Chelsea Menang 2:0 Atas Fulham, Akhirnya Cetak Gol Juga!

Hingga kini, Arsenal hanya punya dua pemain yang berposisi sebagai striker, yaitu Gabriel Jesus dan Eddie Nketiah.

Menurut pecinta dan pundit sepak bola, keduanya kurang tajam untuk menjadi striker di Arsenal.

Namun, Arteta tetap pada pilihannya, yaitu tidak ada rencana untuk membeli striker dalam waktu dekat. K

enyataannya, kedua striker yang dimiliki saat ini sedang under perform.

Baca Juga: Inilah DCS DPRD Dapil Jawa Timur 7, Cek Dulu Nama Calegnya Agar Yakin Nyoblos di Pemilu 2024

Dalam wawancaranya dengan Sky Sports Premier League, alasan Arteta yang tetap pada keputusannya adalah banyak cara untuk mencetak gol.

Hal ini dibuktikan dengan pencapaian Arsenal pada musim 2021/22 dan musim 2022/23, dimana musim itu adalah musim kedua Mikel Arteta melatih Arsenal.

Dari daftar sepuluh besar pencetak gol terbanyak di The Gunners, tidak ada seorsng striker yang masuk tiga besar itu.

Selisih gol antara satu pemain dengan pemain lainnya tidak berjauhan, paling tidak satu hingga tiga gol. Itu membuktikan bahwa Arsenal tidak bergantung pada satu pemain untuk mencetak gol.

Baca Juga: Cek DCS DPRD Dapil Jawa Timur 6 Jelang Pemilu 2024 Yuk, Ini Data Lengkap Nama Caleg, Partai dan Urutannya

Hal ini juga dilakukan oleh mantan atasannya selama menjadi asisten pelatih Manchester City, Pep Guardiola.

Pencetak gol di Arsenal pada dua musim belakangan juga sama  dengan apa yang dicapai oleh The Citizen dua musim belakangan sebelum Erling Haaland menjadi pemain Manchester City, yaitu musim 2020/21 dan musim 2021/22.

Sama persis dengan Arsenal, baik dari sebaran gol hingga selisihnya.

Baca Juga: Hanya 11 Kursi untuk DPRD Dapil Jawa Timur 5, Warga Kabupaten Lumajang dan Jember Wajib Cek DCS Berikut Ini

Setelah Erling Haaland menjadi pemain Manchester City, selisih gol antara Haaland dan pemain lainnya mulai melebar.

Hingga kini, Arsenal masih menyebar tugas mencetak gol kepada beberapa pemain.

Ini menjadi alasan Arteta tidak membeli striker atau penyerang tengah baru meski secara finansial bisa membelinya.

Meski mendapat ilmu dari Pep Guardiola, mindset Arteta tetap beda dengan gurunya. Bagi Pep Guardiola, striker atau penyerang tengah adalah sisa kepingan puzzle agar gambarnya terlihat secara keseluruhan.

Untuk Arteta, selagi ada beberapa pemainnya yang masih on fire dan bisa mencetak gol, Arteta tidak perlu membeli striker.

Lagipula, dengan membeli striker baru tidak menjamin Arsenal tampil kompetitif. Haaland yang debut di Manchester City melawan Liverpool di ajang Community Shield masih kesulitan mencetak gol.

Baca Juga: Daftar Calon Sementara DPRD Dapil Jawa Timur 4 Ternyata Segini Jumlahnya, Cek Nama Caleg di DCS Ini

Mandulnya Haaland karena formasi Pep Guardiola yang digunakan saat itu, 4-2-3-1 tidak berhasil.

Akibatnya, Pep Guardiola meracik formasi baru agar mengakomodasi Erling Haaland untuk mencetak gol dengan menempatkan pemain dengan kemmapuan pemberi umpan yang akurat di sekitarnya.

Dari racikan mantan pelatih FC Barcelona itu, lahirlah formasi 'box midfield' seperti yang kita kenal sekarang.

Baca Juga: 128 Caleg di DCS DPRD Dapil Jawa Timur 3 Ini Bakal Incar 9 Kursi di Pemilu 2024 Nanti, Cek Yuk Sebelum Nyoblos

Sejak saat itu, high pressing The Citizen yang semula di sepertiga area lawan menjadi lebih longgar.

Meski begitu, pengorbanannya sebanding dengan performa Haaland yang meledak di musim lalu dengan mencetak 36 gol di Premier League.

Baca Juga: Giliran Kabupaten Sidoarjo Cek DCS DPRD Dapil Jawa Timur 2, Berapa Caleg yang Akan Rebut Kursi di Pemilu 2024?

Jika melihat komposisi lini depan The Gunners, nampaknya kurang ramah bagi striker. Alasannya striker tidak dikelilingi oleh pemain lini depan dengan kemampuan pengumpan.

Jadi, striker harus mengandalkan skill individu agar bisa mencetak gol.

Semula Odegaard yang merupakan kreator serangan dan punya kemampuan mengumpan bertransformasi menjadi gelandang serang pencetak gol, sedangkan Martinelli efektif menjadi goal getter, Kai Havertz belum kelihatan berperan sebagai apa, dan hanya Bukayo Saka yang menjadi kreator serangan.

Baca Juga: Dua Artis Indonesia yakni Cinta Laura dan Enzy storia Mampu Satu Panggung Dengan Kendall Jenner

Dengan formula lini depan yang kurang ramah bagi striker, pengaruhnya sama seperti Gabriel Jesus dan Eddie Nketiah.

Sehebat apapun striker itu, tetap butuh suplai yang berupa umpan untuk mencetak gol lebih banyak.

Kalau Arteta mendatangkan striker, taktiknya yang sudah dibuat sejak empat tahun yang lalu harus diubah untuk memanjakan striker.

Baca Juga: Dua Artis Indonesia yakni Cinta Laura dan Enzy storia Mampu Satu Panggung Dengan Kendall Jenner

Untuk Arteta, masalahnya bukan pada kemauannya, lebih ke adaptasinya. Berbeda dengan manajer pada umumnya, Arteta menggunakan striker untuk menekan lini betahan tim lawan agar pemainnya melakukan kesalahan.

Hal itulah dibuktikan dengan Gabriel Jesus yang bertahan di Arsenal. Striker Brazil itu melakukan 2,5 pressure per laga di lini bertahan tim lawan pada Premier League musim ini.

Tak hanya Gabriel Jesus, Kai Havertz juga mencatatkan 2,8 pressure per laga di lini bertahan tim lawan pada Premier League musim ini.

Baca Juga: 126 Caleg DPR RI terdaftar di DCS Dapil Jateng 1, Cek Jumlah Kursi dan Pembagian Wilayah untuk Jawa Tengah I

Meski begitu, dilansir dari Opta, catatan gol Gabriel Jesus, Kai Havertz, dan Eddie Nketiah  tidak sebanding dengan xG-nya sejak berkarier di Arsenal.

Artinya, Arteta lebih mencari tipikal striker yang punya kemampuan pressing.

Untuk menjadi striker di Arsenal era Mikel Arteta, ia harus punya skill pressing yang bagus dan finishing seperti Erling Haaland. Sangat sulit mencari striker seperti itu.

Itulah alasan Arteta masih setia dengan Gabriel Jesus.***

Editor: Kinanti Putri Rudiana

Sumber: Twitter

Tags

Terkini

Terpopuler