Ini Kisah Hidup Alexandre Pato, mantan penyerang AC Milan asal Brazil, Mulai dari Kecil hingga Sering Cedera

30 Agustus 2023, 16:20 WIB
Alexandre Pato sewaktu di AC Milan. /Instagram.com/@pato/

 

JURNAL SOREANG - Alexandre Pato merupakan pemain asal Brazil yang sempat menjadi pemain bintang di AC Milan. Pemain yang membela AC Milan selama lima setengah musim itu sering masuk dalam pemberitaan. Mulai sering cedera hingga suka berpesta. Dalam kesempatan ini, kami akan membahas kisah hidup serta meluruskan beberapa rumor yang berkaitan dengan penyerang tengah itu.

Dikutip Jurnal Soreang dari cuitan akun Twitter X Troefo Berlusconi Winners @rossonerifreak yang diposting pada 24 Agustus 2023, pemain kelahiran Pato Branco ini sudah meninggalkan rumah sejak umur sebelas tahun karena Pato masuk ke akademi Internacional, tim Brazil asal kormta Porto Alegre.

Awal mulanya, Pato bermian di turnamen yang diadakan oleh sekolahnya. Saat bertanding, ia didampingi oleh ayahnya. Kebetulan, pencari bakat Internacional juga menonton pertandingan turnamen tersebut. Pencari bakat itu menawarkan kepada ayahnya untuk ikut tanding uji coba bersama Internacional. Bak gayung bersambut, ayahnya menyetujuinya.

Baca Juga: Menanti iPhone 15 yang Akan Segera Rilis Pada 12 September 2023, Ada Hal Baru Apa Saja?

Karena orangtua Pato meeupakan keluarga menengah kebawah Brazil, Pato yang bersama ayahnya ke Porto Alegre menginap di sebuah hotel yang jika digambarkan di Indonesia seperti hotel yang sering dirazia aparat terkait pada malam hari karena dijadikan tempat muda-mudi tanpa ikatan pernikahan.

Untuk menggambarkan kemiskinannya, pemain bertinggi 180 cm itu malu dan beberapa kali dirundung temannya karena orangtuanya mengendarai Beetle ke sekolah. Bahkan untuk sekolah, Pato mendapatkan beasiswa untuk bisa sekolah yang kami nilai bukan sekolah untuk orang yang kurang mampu seperti orangtua Pato.

Meski begitu, hotel yang ditempatinya sangat dekat dengan Estadio Jose Pinheiro Borda, markas dari tim Internacional. Keesokan harinya, mereka berdua berangkat ke stadion tersebut dalam keadaan terlambat. Selain terlambat, Pato ketinggalan sepatu. Ayahnya pun bergegas kembali ke hotel untuk mengambil tas isi sepatunya. Betapa terkejutnya Pato mendapatkan sepatu yang beda pasangan.

Baca Juga: OJK: Tidak Cukup Banyak Ide Saja, Pelaku UMKM Juga Harus Bisa Terus Berinovasi

Beruntungnya, salah stau pemain akademi Internacional, Cocao, yang mendapatkan kontrak endorsement salah satu perusahaan sepatu olahraga meminjamkan sepatunya. Singkat cerita, Pato dinyatakan lulus dari tes yang diadakan.

Selain itu, pemain yang pernah bermain untuk Chelsea itu juga bercerita soal lengan kirinya yang mengalami tumor karena penanganan dokter sebelumnya saat ia terjatuh tersandung rantai. Tumor ini baru diketahui setelah Pato kembali mengalami kesakitan di lengan kiri saat bermain bersama teman-temannya.

Karena tidak punya uang untuk membiayai operasinya, ayahnya Pato memperlihatkan rekaman anaknya saat bermian futsal dan berharap belas kasihan dari dokter di rumah sakit tempat Pato diperiksa. Berkat kerja keras dan doa, dr. Paulo Roberto Mussi bersedia mengeluarkan biaya untuk mengangkat tumor di lengan kiri Pato. Singkat cerita, Pato dinyatakan sembuh dan bisa bermain untuk akademi Internacional.

Orangtua mengikhlaskannya pergi dan bermain untuk akademi Internacional. Saat di akademi Internacional, Pato merasakan perploncoan dari seniornya selama menjadi junior disana. Meski menderita, Pato berbohong kepada ibunya dengan menyebut ia baik-baik saja disana. Saat di akademi, Pato merupakan pemain yang tergolong cepat dipromosikan ke tim senior Internacional dalam waktu yang singkat dari tim U-15.

Baca Juga: Download Gratis! 10 Twibbon Maulid Nabi Muhammad 2023 1445 Hijriah, Klik di Sini Caranya Mudah

Di umurnya ke-17 tahun, ia bermain di FIFA Club World Cup melawan FC Barcelona. Saat itu juga, Pato bertemu dengan sang legenda timnas Brazil yang terkenal dengan joget Sambanya, Ronaldinho. Sebelum pertandingan, ia berkata kepada Ronaldinho agar menyimpan jerseynya untuknya. Setelah pertandingan tersebut yang dimenangkan Internacional 1:0, Pato mencari Ronaldinho dan berhasil mendapatkan jerseynya.

Berkat kemenangan itu, Pato dan seluruh tim mengadakann pawai keliling untuk merayakan kesuksesannya. Setelah mendapatkan gelar FIFA Club World Cup, pemain yang saat ini berusia 33 tahun mendapatkan berbagai tawaran tim top Eropa. Namun karena AC Milan saat itu mendapatkan UEFA Champions League dan masih dihuni beberapa pemain bintang, Pato memilih bergabung dengan AC Milan.

Saat tes medis, ia menekan mata kirinya secara tidak sengaja. Dokter memberinya obat tetes mata. Pato keluar dan melihat Ancelotti di depannya dan Ancelotti bertanya kepada Pato untuk memastikan baik-baik saja. Setelahnya, mereka berfoto bersama. Setelahnya, Ancelotti memperkenalkan Pato sebagai tekrutan terbaru AC Milan. Semua pemain menjabat tangannya sebagai tanda selamat datang dan selamat bergabung dengan AC Milan. Impian selama di PlayStation menjadi kenyataan.

Waktu itu, Pato tampak senang satu tim dengan beberapa pemain Brazil yang saat ini sudah pensiun. Mulai dari Dida hingga hingga Kaka. Saat latihan, Kakha Kaladzhe, bek asal Georgia menebas kakinya. Meringis kesakitan, geng Brazil itu berkata kepada Pato agar jangan cengeng dan balas perbuatannya. Setelah bangkit, Pato membalasnya ke Kaladzhe. Alih-alih berantem, Kaladzhe justru mengapresiasinya.

Baca Juga: Ini Pemeran Drama Korea Hyo Shim’s Independet Life, Lengkap dengan Jadwal Tayangnya di Bulan September 2023

Ancelotti merupakan ayah keduaku. Saking sayangnya, anjing Don Carlo, sebutan lain Carlo Ancelotti dinamakan Pato. Don Carlo tinggal di kota Parma, jadi ia berangkat menggunakan helikopter yang dikemudikan oleh istrinya. Ketika di ruang ganti, Don Carlo menginstruksikan agar Pirlo dan Seedorf membeeikan umpan panjang agar Pato tahu harus berlari kemana.

Suatu hari di musim keduanya bersama Rossonerri, Pato hanya menonton Pirlo, Seedorf, Ronaldinho, dan David Beckham melakukan latihan tendangan bebas. Tentunya kita tahu siapa yang menjadi eksekutor tendangan bebas. Suatu hari, mendiang Silvio Berlusconi menelponnya. Mantan presiden AC Milan itu sering bercanda saat menelponnya. Kali ini, Berlusconi memintanya untuk bermain sebagai penyerang tengah. Tak hanya Berlusconi, Don Carlo dan Leonardo juga demikian. Berkat posisi baru ini, Pato berhasil membuat gol cepat melawan FC Barcelona di UEFA Champions League, dwngan durasi 24 detik sejak kick off babak pertama.

Di saat itulah, media berekspetasi tinggi dengannya. Tak hanya media, pemain lain memujinya. Karena itulah aku overthinking. Meski Pato bekerja keras, ia tetap overthinking. Bahkan saking halunya, dirinya menganggap ia sudah mendapatkan Ballon d'Or. Setelah Pato mendapatkan gelar Golden Boy pada tahun 2009, Pato meluapkan kegembiraannya dengan bersenang-senang dan melupakan Ballon d'Or.

Penurunan performa mulai terjadi di 2010 dengan seringnya cedera. Ia takut dengan cederanya karena takut diberitakan negatif karena tidak memberikan kontribusi positif. Terkadang meski sebenarnya sakit, Pato tidak ingin mengecewakan timnya. Pato mengaku jika ia bisa memberikan yang terbaik jika fans meragukannya, namun ia tidak bisa jika dirinya sendiri meragukannya.

Baca Juga: Raih Triliunan Dollar, Nvidia Menjadi Salah Satu Perusahaan Terbesar di Dunia: Apa yang Membuat Begitu Spesial

Di titik ini, ia mengetahui siapa yang peduli dengannya dan siapa yang pesimistis dengannya. Saat di Internacional, semua orang disana melindungi, melayani dan membantunya. Mereka semua sudah menyediakannya dan tugasnya hanyalah bermain bola saja. Namun di Milan, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saat itu, hanya Ronaldo yang punya dokter, fisio, dan pelatih kebugaran. Meski tim punya dokter dan stafnya, mereka tidak menemaninya setiap saat.

Bahkan saat media sana membuat berita yang berlebihan, ia bahkan tidak tahu harus bagaimana. Meski ia pernah berpesta, tetapi tidak berlebihan seperti yang diberitakan media. Bahkan beberapa kali media membuat berita yang menjatuhkannya, mereka tidak peduli. Yang penting media cuan dan berhasil mempengaruhi pembacanya. Tak terhitung berapa berita yang dibuat media untuk menghancurkan mentalnya.

Mengenai cederanya, Pato juga sudah mendatangi beberapa dokter, didiagnosa berbagai cedera, hingga disuntik beberapa obat, tetap saja kakinya tidak seperti saat ia masih jaman keemasannya. Karena itulah aku menangis dan takut tidak bisa bermain bola lagi. Karena itulah, Pato pindah ke Corinthians pada transfer musim dingin 2013.

Berkat bantuan Bruno Mazziotti, fisio Ronaldo, cedera di otot bagian belakang kakinya sembuh. Meski sembuh, Pato kembali mengalami apa yang dialaminya di Milan. Yaitu ekspetasi publik yang tinggi. Hal ini karena gajinya yang besar. Bahkan sekadar hanya gagal pinalti saja, Pato bisa menjadi sasaran untuk dibunuh.

Baca Juga: Link Gratis untuk Nonton Siaran Langsung Indonesia U 17 vs Korea Selatan, Cek Juga Jadwal Kickoff nya

Setahun kemudian, Pato pindah ke Sao Paulo dengan status pinjaman. Setelah itu, ia kembali ke Corinthians pada 31 Desember 2015. Dan kembali dipinjam Chelsea pada transfer musim dingin 2016. Meski giat berlatih, tetap saja Pato jarang dimainkan. Ketika kembali untuk kedua kalinya, para fans berusaha mengusirnya. Dalam keadaan itulah, Pato menelpon Daniele Bonera, mantan bek pelapis AC Milan. Sesuatu hal yang belum pernah dilakukannya. Berawal dari itulah, Pato bisa bermain di La Liga bersama Villareal. Dari sinilah, Pato menyadari betapa pentingnya relasi.

Setelah setengah musim di La Liga, Pato kembali pindah ke CSL (Chinese Super League) dengan bermain untuk Tianjin Quanjian. Saat pindah ke China, ia putus dengan pacarnya dan pindah ke China bersama seorang teman agar hidup lebih tenang. Di sana, Pato mukai fokus pada kesehatan mental dan hubungan. Karena itulah, hidupnya lebih tenang disana.

Setelah selesai bermain untuk Tianjin Quanjian, ia pindah ke Los Angeles. Disana, Pato yang belum menikah berpesta dan foya-foya. Di satu titik, Pato sadar bahwa apa gunanya berpesta hinga foya-foya di Los Angeles. Jadi, setelah kembali ke Brazil. Pato membuat janji ketemuan dengan teman lamanya, Rebeca. Disitulah Pato melamar Rebeca untuk menikah. Tak hanya itu, Pato berjanji untuk tidak hidup seperti saat ia lajang.

Sejak saat itu, kehidupan Pato menjadi berbeda. Sejak resmi menjadi pemain Orlando City, tim sepakbola Amerika Serikat yang juga bermain di MLS bersama Inter Miami, Pato tidak mudah patah semangat. Namun ia tidak menyesali apa yang terjadi sebelumnya dan mengambil sisi baiknya saja.

Baca Juga: Kejutan dari Fuji Utami, Raih Banyak Cuan di Shopee Live Perdananya dengan Menjual Lebih dari 3.000 Produk

Meski Pato masih ingin bermain untuk timnas Brazil di Piala Dunia, namun semua keputusan bergantung kepada-Nya. Meski Pato sudah bekrja keras, semuanya bergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seiring dengan bertambahnya usia, mungkin sepakbola memiliki semua yang diinginkannya. Namun, dengan punya hubungan yang luar biasa dengan keluarga, berdamai dengan diri sendiri, dan punya istri yang dicintainya, itu jauh lebih baik dari mendapatkan gelar Ballon d'Or. ***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Twitter @rossonerifreak

Tags

Terkini

Terpopuler