JURNAL SOREANG - Tragedi Stadion Kanjuruhan sisakan duka yang mendalam.
Tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut membawa banyak korban mulai tewas ditempat hingga tewas di Rumah Sakit.
Diantaranya korban tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang adalah kedua orang tua dari penonton anak-anak yang bernama M Alfiansyah (11 tahun) tewas akibat Kerusuhan yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam.
Dikutip IG Pikiran Rakyat, M Alfiansyah didampingi pamannya Doni (43) menceritakan pada saat kerusuhan tersebut terjadi.
Kedua orang tua anak tersebut bernama M Yulianto (40) dan istrinya Devi Ratna Sari (30) tewas saat akan keluar Stadion menuju pintu 14.
Alfiansyah mengatakan pada saat kejadian orang tuanya berusaha keluar Stadion dalm keadaan panik, Lalu ia pun sempat terjatuh dan bergegas keluar.
"Waktu mau kebawah saya terjaruh terus langsung berdiri. itu masih bersama ayah dan mama. Setelah saya berdiri ssya didorong dari belakang dan kemudian ayah terjatuh", tutur Alfiansyah.
Pada saat kejadian Alfian tidak merasa berdesak-desakan saat keluar pintu Stadion.
"Saya keluar sendiri, berjalan. Berjalan aja biasa sampai keluar", tuturnya lagi.
Anak yang bercita-cita menjadi Polisi tersebut kini harus kehilangan kedua orang tuanya.
Kemudian, Pamannya Alfian mengatakan bahwa orang tuanya Alfian pergi menonton bersama keluarga tujuannya ingin bahagiakan anak dan istrinya.
"Istrinya itu baru pertama kali ke Stadion dan anaknya juga baru pertama kali. Almarhum sempat mengatakan, saya ingin membahagiakan anak. Ternyata menyenangkan anak untuk yang terakhir kalinya", tutur Doni.
Doni mengaku bingung karena ada gas air mata. Setahu dia, penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan.
"Yang saya sayangkan, kok di lapangan ada gas. Kok yang di sini gas air mata," tuturnya lagi.
Pihak keamanan saat itu mencoba menenangkan situasi dengan menggiring keluar para suporter yang masuk ke lapangan kembali ke tribun.
Tetapi, karena semakin banyaknya suporter yang turun, situasi pun semakin carut marut.
Kemudian, pihak keamanan menembakkan gas air mata, yang sebenarnya dilarang oleh FIFA digunakan dalam pengamanan stadion, untuk mengusir suporter.
Tembakan gas air mata juga diarahkan ke arah tribun yang masih di penuhi oleh suporter.***