Mengenang Kejayaan Terakhir AS Roma di Serie A, Akankah Terulang di Eranya Paulo Dybala?

21 Juli 2022, 17:14 WIB
AS Roma saat menjuarai Serie A musim 2000/2001 /twitter/@CultureFoot2/

JURNAL SOREANG - AS Roma merupakan salah satu anggota The Seven Magnificent Serie A karena reputasi, sejarah, serta materi pemain skuadnya yang didominasi bintang-bintang ternama.

Pada masa jayanya, Serie A memang menjadi liga terpopuler di Eropa, bahkan dunia, di mana banyak pemain top berlaga di klub-klub Italia yang salah satunya bersama Roma.

Roma bersama Juventus, Inter, Milan, Lazio, Fiorentina dan Parma dijuluki The Seven Magnificent Serie A karena ketujuh klub itulah dulu yang menguasai panggung teratas Liga Italia.

Baca Juga: Prediksi Formasi AS Roma Musim 2022-2023, Bersama Paulo Dybala Mampu Bersaing di Jalur Scudetto?

Meski raihan jumlah Scudetto Roma kalah jauh dari Juventus atau Inter dan AC Milan, tapi Giallorossi juga punya masa-masa kejayaan di Serie A meski sejauh ini baru merasakan 3 kali jadi juara Liga Italia.

Terakhir kali Serigala Ibukota meraih Scudetto memang sudah sangat lama yakni 21 musim lalu atau tepatnya pada 2000/2001.

Pada musim itu, Roma yang diasuh Fabio Capello sangat perkasa di Serie A dengan dibintangi oleh nama-nama beken seperti Francesco Totti, Gabriel Batistuta, Vicenzo Montella, Marcos Cafu, Vincent Candela, Walter Samuel, Damiano Tomassi hingga Daniele De Rossi yang kala itu masuk skuad senior di usia 17 tahun.

Baca Juga: Laga Tur Pramusim PSG di Jepang: Momen Lionel Messi-nya Thailand Bentrok dengan La Pulga Sungguhan

Il Lupi berhasil menjadi pemenang Scudetto di akhir musim dengan unggul dua angka dari pesaing terdekatnya, Juventus.

Namun, nyaris sepanjang musim itu Roma duduk di singgasana klasmen, selama 31 pekan (Serie A saat itu berjumlah 34 pekan karena masih diikuti 18 tim).

Anak asuh Capello saat itu hanya 3 kali merasakan kekalahan, itupun dari klub-klub besar: Inter, AC Milan, dan Fiorentina. Bisa dibayangkan betapa mudahnya Roma saat itu mengatasi tim-tim kecil.

Baca Juga: Gokil! Lakoni Laga Debut Bareng Bayern Munchen, Matthijs de Ligt Langsung Cetak Gol

Mesin gol utama Roma saat itu adalah Gabriel Batistuta yang di awal musim baru didatangkan dari Fiorentina yang menilai Batigol telah kehabisan masanya karena pada ketika itu bomber Argentina sudah berusia 32 tahun.

Siapa sangka, Batigol ternyata belum habis ketajamannya, terbukti dengan jumlah 20 gol yang berhasil ia cetak pada musim itu.

Batistuta duduk di urutan 4 top skor Serie A 2000/2001, hanya tertinggal dari Hernan Crespo (26 gol), Andriy Shevchenko (24 gol), dan Federico Chiesa (22 gol).

Baca Juga: Kesal Paulo Dybala dan Gleison Bremer Ditikung AS Roma Serta Juventus, Fans Inter Milan Tuntut Sejumlah Hal

Jagoan Roma selanjutnya tidak lain dan tidak bukan adalah sang pangeran yang kemudian bermonogami di klub tersebut: Francesco Totti.

Itu adalah awal masa kehebatan Totti di mana ia sedang dalam usia emas pesepakbola (24 tahun) dan menjadi kunci utama permainan Giallorossi.

Jika masih ingat, laga terakhir penentuan Scudetto, Roma harus menghadapi lawan cukup berat yaitu Parma di Stadion Olimpico.

Baca Juga: Paulo Dybala akan Absen di Liga Champions Musim Depan karena Pilih AS Roma, Begini Komentar Pelatih Juventus

Membutuhkan 3 poin untuk memastikan gelar Scudetto, Totti cs berhasil menunjukkan kelayakan mereka jadi juara dengan menundukkan Parma 3-i yang gawangnya saat itu masih dikawal Gianluigi Buffon.

Hebatnya lagi, trigol di laga itu dibikin oleh tridente andalan Capello sepanjang musim itu, Totti-Batistuta-Montella.

Di akhir laga, kemenangan tersebut disambut suka cita oleh seluruh fans Roma yang telah memadati Olimpico sejak awal laga, dan akhirnya tumpah ke lapangan seusai pertandingan untuk merayakan euforia.

Baca Juga: Repot! Klub Peminat Belum Siap, Cristiano Ronaldo Dibawelin Sang Istri agar Lekas Cabut dari Manchester United

Dulu di Serie A, pemain-pemain dari tim yang juara selalu jadi incaran para suporter untuk ditelanjangi. Entah itu diminta kausnya, celananya, sepatunya, hingga kaus kaki.

Hal tersebut sudah seperti tradisi perayaan bagi klub juara, tetapi akhir-akhir ini sudah tidak terlihat lagi pemandangan seperti itu di tim juara Serie A.

Musim 2000/2001 menjadi tolok ukur kesuksesan Roma di Serie A, karena sejak itu klub ibukota tersebut tidak pernah lagi bisa finis di urutan pertama.

Baca Juga: Dijual ke Klub Rival Sekota, Fans Torino Geram Melihat Gleison Bremer Jadi Pemain Juventus

Kini, di bawah kepemimpinan Jose Mourinho, Roma memiliki kans yang lebih besar untuk mengulang kejayaan, apalagi musim lalu Il Lupi berhasil menjuarai Conference League.

Seperti yang Mourinho katakan di awal kedatangannya di Roma, klub ini adalah klub besar yang sayangnya tak punya banyak koleksi trofi di lemarinya.

Mourinho seolah mengajarkan kembali tim Serigala Ibukota bagaimana caranya menjadi juara agar terbentuk mental pemenang dalam timnya.

Baca Juga: Enggan Usik Reputasi Francesco Totti Sebagai Legenda, Paulo Dybala Tolak Nomor Punggung 10 AS Roma

Dengan tambahan amunisi berupa sosok Paulo Dybala musim depan, Roma boleh dikatakan memiliki tambahan bekal untuk selangkah lebih maju dalam memimpikan gelar.

Mampukah Roma eranya Paulo Dybala mengembalikan kejayaan Giallorossi di Serie A yang sudah tertimbun selama 21 musim itu?
***

 

Editor: Wildan Apriadi

Sumber: worldfootball.net

Tags

Terkini

Terpopuler