JURNAL SOREANG - Bisa dikatakan, sebagai juara Eropa Italia kini sedang berada dalam situasi sulit dan terjepit setelah menerima fakta harus bertarung di babak play-off Piala Dunia 2022.
Tidak mudah apa yang sekarang dihadapi timnas Italia, beban eskpetasi pasti begitu terasa besar jelang untuk segera lolos ke putaran final Piala Dunia 2022.
Situasi tersebut cukup mengingatkan pada nasib Italia di Piala Dunia 2006 di mana saat itu pun mereka harus bertarung di turnamen besar dengan situasi yang bahkan jauh lebih sulit.
Tahun 2006 sebenarnya menjadi tahun yang manis bagi timnas Italia di Piala Dunia setelah mengalahkan Perancis melalui adu penalti di partai final.
Namun, berbarengan dengan momen kejayaan itu, sepakbola Liga Italia tengah dirundung skandal dalam negeri yang sangat besar bernama Calciopoli.
Tuduhan pengaturan skor yang melibatkan klub-klub besar seperti Juventus, AC Milan, Lazio, hingga Fiorentina, akhirnya terungkap.
Federasi Sepakbola Italia (FIGC) menjatuhkan berbagai sanksi terhadap siapa pun yang terlibat dalam skandal pengaturan skor tersebut.
Presiden Juventus saat itu, Luciano Moggi, dituding menjadi dalang utama yang membuatnya dihukum untuk tak terlibat di dunia sepakbola seumur hidup.
Klub Juventus pun bahkan harus diusir hingga ke kasta Serie B atas skandal ini, bahkan dua gelar juara Serie A sebelumnya terpaksa dicopot.
Situasi tersebut jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Berlin, Jerman, tempat di mana timnas Italia merayakan gelar juara Piala Dunia.
Banyak pemain timnas Italia yang kembali dari Berlin dengan perasaan tidak nyaman bahwa klub mereka masih menghadapi kemungkinan hukuman dan degradasi.
Tiga belas dari 23 penggawa Azzurri bermain untuk klub yang terlibat dalam skandal terbesar yang melanda sepak bola Italia selama hampir seperempat abad.
Baca Juga: Inilah Cara Menurunkan Berat Badan Tanpa Olahraga, Bisa Turun Sampai 5KG Seminggu!
Namun, kemenangan atas Prancis di Piala Dunia Jerman 2006 membuat pengadilan lebih sulit untuk menjatuhkan hukuman berat, terutama kepada Juventus, yang memasok beberapa pemain kunci dalam skuad.
Menteri kehakiman Italia sempat menyarankan bahwa mencapai final sudah cukup untuk memberikan amnesti bagi para pemain yang klubnya terlibat.
Namun, Giovanna Melandri sebagai penanggung jawab olahraga di pemerintahan Roma, menolak gagasan amnesti dan pengampunan. Bahkan menurutnya, langkah tersebut merupakan kebodohan.
Baca Juga: Jadilah Produktif dengan Membuat To do List berdasarkan Tahapan Ini!
Kasus Calciopoli pada masa itu begitu mencuat dan menyeret banyak nama, termasuk kapten timnas Italia yang mengangkat trofi Piala Dunia, Fabio Cannavaro, ikut diinterogasi dalam penyelidikan jaksa.
Kiper Italia dan Juventus, Gianluigi Buffon bahkan secara resmi ditetapkan sebagai tersangka lain meski akhirnya lolos dari hukuman dan tetap bermain untuk Juventus meski pun harus terdegradasi ke Serie B.
Akan tetapi, pasca jatuhnya hukuman terhadap klub-klub yang terlibat kasus tersebut, tak semua mantan pemain timnas Italia bertahan dengan klubnya.
Baca Juga: Pernah ke Kiev Ukraina, Ridwan Kamil Khawatirkan Taman Indonesia Hancur
Beberapa dari mereka memilih hijrah ke klub lain seperti Fabio Cannavaro dan Gianluca Zambrotta.
Dengan situasi sesulit sekarang di mana nasib Gli Azzurri era Jorginho terancam gagal melenggang ke Piala Dunia untuk kedua kali secara beruntun, memori di atas bisa dijadikan inspirasi tim.
Penggawa Gli Azzuri masa kini harus ingat bagaimana seniornya dulu, Fabio Cannavaro, Gianluigi Buffon, Francesco Totti, Andrea Pirlo hingga Marco Materazzi bisa tetap memiliki semangat juang keras bahkan menjadi juara meski di baliknya sedang dihantui masalah yang sangat besar.
***