Juni Bulan Bung Karno, Kisah Masa Kecil Anak Bumiputera yang Diremehkan Anak Belanda

- 11 Juni 2023, 17:43 WIB
Kisah Masa Kecil Anak Bumiputera
Kisah Masa Kecil Anak Bumiputera /layartangkap Instagram @thebigbung

JURNAL SOREANG - Si Karno kecil, sebelum menjelma menjadi pemimpin besar Republik Indonesia yang disegani, pernah melalui banyak kisah-kisah masa kecil yang kurang menyenangkan.

Tumbuh dan berkembang dari Bapak yang hanya berprofesi sebagai Mantri Guru dan Ibu rumah tangga, sering sakit-sakitan sampai perlu diganti namanya dari Kusno menjadi Karno.

Karno kecil seringkali diremehkan oleh anak-anak Belanda, halnya sepele, karena Karno merupakan anak bumiputera sedang mereka anak Belanda.

Baca Juga: Hasil Singapore Open 2023, Minggu, 11 Juni 2023, Anthony Ginting Pertahankan Gelar Juara Tunggal Putra

"Anak Belanda tidak pernah main dengan Bumiputera, ini tidak bisa, mereka orang Barat yang putih seperti salju yang asli, yang baik dan mereka memandang rendah kepadaku karena aku anak Bumiputera atau inlander." Kata Bung Karno kepada Cindy Adams.

Sikap merendahkan dan olok-olok dari perkumpulan anak Belanda itu terasa pahit sampai meninggalkan luka dalam dihati sang Proklamator.

Situasi Indonesia saat itu, dibawah penjajahan Belanda tergambar dengan jelas akan perilaku diskriminasi yang semena-mena, ingat Bung Karno bayi-bayi pirang saja sudah mengerti caranya meludahi kepala orang pribumi, yang bahkan dihina sebagai orang yang malang karena tidak pernah memakai sepatu.

Baca Juga: Jelang Hari Bhayangkara Ke-77, Polresta Bandung Gelar Lomba Lari 5K Diikuti Ribuan Peserta

Bahkan, kepada Ayah Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodihardjo hanya diperbolehkan disebut Mantri Guru di Sekolah Bumiputera, dan tidak diperkenankan menggunakan pangkat Kepala Sekolah.

Sekolah bagi anak-anak Bumiputera saat itu hanya sampai kelas 5, karena tidak boleh mengenyam pendidikan lebih tinggi. Sehingga Raden Soekemi bermaksud untuk memasukan Bung Karno ke Sekolah Belanda.

Meskipun Bung Karno diakui kecerdasanya, diskriminasi itu dilakukan lagi oleh para Belanda. Dengan mempertimbangkan kecerdasan Bung Karno, ia diperbolehkan meneruskan sekolah asalkan mampu membayar, sementara Belanda saat itu menikmati pendidikan dengan cuma-cuma.

Baca Juga: Sandiaga Uno Akan Berkoordinasi Dengan Plt ketum PPP Terkait Dirinya Akan Bergabung Dengan Partai

Kepala Sekolah Belanda itu berkata, "Anak Tuan sangat pintar, akan tetapi Bahasa Belandanya belum cukup baik untuk kelas enam Europeesche Legere School, kami terpaksa mendudukannya satu kelas lebih rendah."

Bung Karno dan Ayahnya merasa terpukul dan tertekan, karena pada saat itu usia Bung sudah 14 tahun, terlalu tua untuk mengulang kelas lima hanya karena belum fasih bahasa Belanda. "Terlalu tua untuk kelas lima, tentu orang mengira saya tinggal kelas karena bodoh. Saya tentu diberi malu." Ucap Bung pada ayahnya.

Namun apa boleh buat demi mendapatkan pendidikan diambilah keputusan berat oleh Raden Soekemi, "kalau perlu kita membohong, akan kita kurangi umurmu satu tahun. Kalau sudah mulai tahun pelajaran, baru engkau didaftarkan dengan umur tiga belas."

Sampai seperti itulah, perjuangan bangsa kita untuk mendapatkan pendidikan. ***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Buku Biografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah