JURNAL SOREANG - Belum terlalu banyak yang membahas prestasi BJ Habibie saat menjadi Presiden Indonesia yang hanya dalam waktu singkat, tidak sampai 2 tahun.
BJ Habibie adalah presiden ketiga Indonesia yang sering terdengar prestasinya seputar kepintaran beliau dibidang kedirgantaraan.
BJ Habibie menjabat sebagai presiden terhitung dari 28 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999, namun kebijakan-kebijakannya berhasil merubah banyak sekali aspek bernegara.
Berikut adalah prestasi Habibie selama menjadi Presiden Indonesia.
1. Terbentuknya Kebebasan Pers
Media dibawah Orde Baru bagaikan sebuah corong untuk menyampaikan prestasi dan kebaikan pemerintah sekaligus menutupi bobrok yang terus meluas.
Sekalipun ada yang coba melanggar arus dan melawan atau mengkritik pemerintah kalah itu, maka siap siap kantor beritanya dibredel bahkan diberhentikan.
Baca Juga: Mengejutkan! Keputusan Juri INTM Cycle 2 Membuat Faradina dan Evanny Menangis
Di era Habibi, hal itu dihilangkan. Pers dibebaskan, tidak perlu SIUPP lagi untuk menjadi usaha peneribatan pers.
Asal bisa mencetak, punya konten, silakan cetak dan sebarluaskan.
Bisa profit atau tidak, itu urusan penerbit dan murni bisnis perorangan. Jadi pemerintah tidak bisa lagi membubarkan media.
2. Menurunkan Laju Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
Saat ditinggal Soeharto, keadaan ekonomi Indonesia sedang berantakan.
Nilai tukar dollar terhadap rupiah menyentuh angka Rp17.500 saat itu dan membuat krisis moneter di neger ini.
Dalam waktu masa jabatan yang cukup singkat, Habibie berhasil menurunkan angka tersebut menjadi Rp6.500 sebelum digantikan oleh Abdurrahmah Wahid.
Selain itu, di masa perintahannya, Bank Indonesia (BI) dilepas dari pemerintahan, sehingga bisa independen dalam membuat kebijakannya.
Baca Juga: Link Streaming Liga Inggris Watford vs Manchester City, Mengincar Posisi Puncak
Sehingga presiden tidak bisa lagi mengangkat dan memberhentikan Gubernur BI.
3. Merelakan Masa Jabatannya Dipotong Demi Tuntutan Massa Reformasi yang Membencinya
Habibie sejatinya memegang posisi presiden selama 5 tahun, terhitung sejak tahun 1998 hingga 2003.
Namun karena dirinya yang masih merupakan ‘orang Golkar’, membuat mahasiswa dan masyarakat enggan menjadikannya presiden dalam jang waktu lebih lama.
Baca Juga: Bikin Gagal Fokus! Inilah Raja Bhutan Yang Menarik Perhatian Saat Mengunjugi Kerajaan Thailand
Dan meuntut adanya pembaruan di legislatif dan eksekutif dari sentuhan partai beringin.
Habibie merespon permintaan ini dan memutuskan menyelenggarakan pemilu sesegara mungkin.
Ia memutuskan tidak ikut dalam bursa calon presiden pada pemilu tersebut setelah pidato pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
4. Dilaksanakannya Pemilu Besar dan Demokratis dengan 48 Partai Peserta
Baca Juga: Waduh, Banyak Siswa SD Kelas 3 Belum Bisa Baca, Kabupaten Bandung Barat Bentuk Tim Khusus
Soeharto dengan Golkar dan siasat seorang Ali Mortopo berhasil menekan keberadaan partai partai politik (parpol) dengan lakukan fusi parpol menjadi 3 saja.
Saat Habibie menjabat, kebebasan membuat parta politik (parpol) diterapkan pada pemilu tahun 1999.
Alhasil, banyak partai baru bermunculan dengan beragam ideologi dan latar belakang selain komunisme.
Pemilu tersebut diikuti oleh 48 parpol. dan Golkar untuk pertama kalinya sejak Soeharto menjabat, kalah dari PDI-P.***