Menteri LHK Ungkap Alasan Mengapa Langit Jakarta Jarang Terlihat Awan

30 Agustus 2023, 15:59 WIB
Ilustrasi penampakan langit kota Jakarta. /Unsplash/Eko Herwantoro

JURNAL SOREANG - Kondisi cuaca dan lingkungan di Jakarta memiliki keunikan tersendiri yang membuat langit kota ini jarang terlihat dihiasi awan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar telah menjelaskan fenomena ini dan alasan di balik langit Jakarta yang sering terlihat cerah tanpa awan.

Dalam pertemuan dengan para wartawan di Gedung Manggala Wanabakti KLHK, Jakarta Menteri Siti Nurbaya membagikan wawasan tentang mengapa awan jarang hadir di langit kota metropolitan ini.

Menurutnya, Jakarta memiliki kondisi geomorfologis yang berbentuk seperti kipas aluvial, yang pada akhirnya memengaruhi pergerakan udara dan awan.

Baca Juga: Lebih Praktis dan Efisien, Lulus Tanpa Harus Menyusun Skripsi

"Posisi geomorfologis Jakarta seperti kipas aluvial yang dikelilingi oleh area berbukit, sehingga udara tidak mudah untuk bergerak," kata Menteri Siti Nurbaya.

Pola geomorfologis ini menghambat pergerakan udara dan membawa dampak pada jarangnya munculnya awan hujan.

Selama musim kemarau, ketidakmampuan udara untuk bergerak dengan bebas dapat memperburuk polusi udara yang sudah ada di Jakarta.

Namun, pemerintah tidak tinggal diam menghadapi tantangan ini. Menteri Siti Nurbaya menjelaskan bahwa pemerintah telah menggunakan teknologi modifikasi cuaca sebagai upaya untuk mengurangi hujan dan mengendalikan pencemaran udara di Jakarta.

Baca Juga: Berikut Ini Aktor dan Aktris Pemain Drama Korea Twinkling Watermelon, Dijadwalkan Tayang Mulai September 2023

"Ketika ada awan yang cukup mengandung uap air untuk jatuh di daerah tertentu, teknologi modifikasi cuaca digunakan untuk mengatur supaya hujan dapat diarahkan," ungkap Menteri Siti Nurbaya.

Lebih lanjut, Menteri Siti Nurbaya menjelaskan bahwa jika awan hujan tidak muncul di langit Jakarta, pemerintah mengambil langkah-langkah modifikasi cuaca skala mikro dengan melakukan penyemprotan air dari gedung-gedung tinggi.

Langkah ini bertujuan untuk mempengaruhi komposisi udara di area tersebut sehingga akhirnya diharapkan akan turun hujan nantinya.

Selain itu tindakan penyemprotan air dari gedung-gedung tinggi bukan hanya untuk mengatasi kekurangan hujan, tetapi juga untuk mengurangi tingkat polusi udara yang menghiasi langit ibu kota.

Baca Juga: Harta Kekayaan Sandiaga Uno Capai Rp10,9T! Ini Daftar Keran Cuan Bakal Cawapres 2024

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sumber pencemaran udara di wilayah Jabodetabek didominasi oleh kendaraan bermotor (44 persen), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) (34 persen), dan sumber lainnya seperti rumah tangga dan pembakaran.

Pemerintah pun telah mengambil langkah-langkah khusus untuk mengatasi kondisi ini. Pada 2-4 September 2023, pemerintah berencana untuk meluncurkan operasi modifikasi cuaca guna menurunkan hujan di Jakarta.

Upaya ini diambil terutama menjelang perhelatan KTT ASEAN 2023 yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, pada 5-7 September 2023.

Dengan kombinasi upaya modifikasi cuaca dan langkah-langkah pengendalian polusi, pemerintah berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi warga Jakarta dan memastikan bahwa peristiwa penting seperti KTT ASEAN dapat berlangsung dengan lancar dan aman. ***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler