Jarang Diungkap Inilah Kesaksian Prabowo Subianto : Pak Harto Tidak Selalu Turuti Kemauan Bu Tien

23 Juli 2022, 13:53 WIB
Tahun 1983 Mentri Pertahanan Prabowo Subianto makan malam bertiga bersama Pak Harto (Presiden RI saat itu) dan Bu Tien di kediamannya di jalan Cendana, Jakarta. /Tangkap layar buku kepemimpinan militer /

JURNAL SOREANG- Tahun 1983 Mentri Pertahanan Prabowo Subianto makan malam bertiga bersama Pak Harto (Presiden RI saat itu) dan Bu Tien di kediamannya di jalan Cendana, Jakarta.

Tiba-tiba Bu Tien bertanya pada Pak Harto, “Pak, apa benar KASADnya (Jendral Poniman) mau diganti ?” Pak Harto pun menjawab, “Iya bener, karena memang sudah saatnya diganti.”

Kemudian Bu Tien langsung membalas, “Itu lho Pak, sing apik iku (yang bagus itu) Pangdam Bali Pak, Dading (Kalbuadi). Tinggi, gagah, dan ganteng Pak. Cocok itu, sebaiknya dia yang jadi KASAD Pak.”

Baca Juga: Prabowo Subianto Temukan Prasasti Zaman Belanda di Kolam Renang Manggarai Jakarta, Isinya Mengejutkan!

“Pak Harto melihat saya sambil agak tersenyum. Dalam hati, saya mencoba menerka, bagaimana jawaban Pak Harto kepada Bu Tien,” kata Prabowo Subianto dalam buku biografinya yang berjudul Kepemimpinan Militer.

Pak Harto ternyata diam saja. Dia tidak berkomentar, tapi juga tidak membantah. Besoknya, Prabowo kembali makan malam bersama Pak Harto dan Bu Tien.

Kalau kemarin Kamis malam,maka sekarang Jumat malam. Bu Tien kembali menyinggung, “Jadi Dading Pak ya ?” kata Ibu. Pak Harto kembali menoleh ke Prabowo, sedikit agak mesem. Beliau tidak berkomentar.

Baca Juga: Jenderal M. Jusuf, Panglima Sederhana, Ini Kenangan dan Tanggapan Prabowo Subianto

Minggu depannya, sekitar hari Senin atau Selasa, Prabowo kembali makan malam bersama Pak Harto dan Bu Tien. Sebelumnya, pada pagi hari itu keluar di harian Kompas, kalau yang terpilih jadi KASAD adalah Jendral Rudini.

Malamnya Bu Tien gerundel, “Bapak itu, enggak mau denger saran Ibu.” Nada Bu Tien kesal, kenapa bukan Dading yang jadi KASAD.

Pak Harto dengan kalem dan suara yng tenang menjawab, “Ibu, memilih pemimpin itu tidak hanya gantengnya saja, tapi ada faktor-faktor lain yang harus saya pertimbangkan.”

Baca Juga: Orang ini Berani Menempeleng Prabowo Subianto, Siapa Dia dan Apa Masalahnya?

Karena cara menjawabnya dengan tenang dan sejuk, Bu Tien bisa menerimanya, meskipun masih terlihat belum sreg.

“Hal yang ambil dari perstiwa itu adalah, peran istri sangatlah penting, karena istri punya pengaruh pada suami,” kata Prabowo. “Terkadang insting istri juga sangat penting.”

“Saya juga catat, faktor penampilan (appearance) memang penting bagi seorang pemimpin. Kalau kita lihat pempimpin-pemimpin besar dunia, misalnya Iskandar Agung, biasanya mereka tampangnya gagah-gagah.”

“Saya belajar kalau rakyat, terutama emak-emak, sangat memperhitungkan penampilan dalam menilai seorang pemimpin.Faktor ganteng itu sangat penting. Pemimpin yang ganteng punya kelebihan, menurut saya.”

Baca Juga: Wow, Seperti Ini Kemampuan Dua Pesawat Airbus A400M yang Dipesan Menteri Prabowo dengan Harga Rp4 Triliun

Tapi, Prabowo juga belajar dari Pak Harto, bahwa memilih pempimpin tidak hanya dari gantengnya saja, tapi ada faktor-faktor yang lain.

Selain itu, Prabowo juga belajar dari Pak Harto bagaimana dia bisa memelihara kerahasiaan negara walau dengan istrinya sendiri.

“Waktu Bu Tien pertama membahas Pak Dading, saya yakin Pak Harto sudah tahu bahwa yang akan dipilih adalah Pak Rudini. Tapi, beliau tidak berkomentar.”

Baca Juga: Prabowo Disebut Capres pilihan Milenial, Pengamat: Tidak Banyak Gimmick

Dari kesaksian Prabowo ini terbukti, Presiden Suharto tidak selalu menuruti kemauan istrinya, Ibu Tien. Tapi, dia juga punya petimbangan sendiri untuk mengambil keputusan yang dianggapnya tepat.

“Ini kisah yang mungkin lucu, tapi mengandung banyak pelajaran bagi saya,” ujar Prabowo. ***

Editor: Sarnapi

Sumber: Buku Kepemimpinan Militer

Tags

Terkini

Terpopuler