JURNAL SOREANG – Karena sakit hati seorang penyihir wanita asal Desa Girah mengirim teluh ke Kerajaan.
Penyihir wanita bernama Calon Arang adalah seorang pemuja Dewi Durga.
Ia memiliki kekuatan hitam yang dapat digunakan untuk membunuh, menyerang, dan membinasakan orang.
Baca Juga: Miris! Tak Mencerminkan Sikap Kebangsawanan 2 Putri Kerajaan Arab Saudi Lakukan Skandal Memalukan
Calon Arang, penyihir dari Desa Girah ini memiliki putri semata wayang bernama Ratna Manggali.
Ratna Manggali adalah seorang gadis berusia dua puluh lima tahun, namun belum ada satu pun pria yang meminangnya.
Kecantikan Ratna Manggali yang sebenarnya dapat menarik banyak pria untuk mendekat serasa tidak memiliki nilai Ketika ia mempunyai ibu yang berilmu hitam.
Meski banyak laki-laki yang jatuh hati pada Ratna Manggali, mereka enggan melamarnya karena takut dengan Calon Arang.
Ejekan dan hinaan warga sekitar yang menjuluki Ratna Manggali sebagai perawan tua membuat Calon Arang murka.
Ia mengirim sebuah teluh dalam bentuk penyakit yang membinasakan warga.
Baca Juga: Sisi Gelap Pisces: Hindari Zodiak Aquarius, Sagitarius, dan Gemini
Teluh ini membuat Kerajaan Kahuripan, yang pada saat itu dipimpin oleh raja Airlangga porak poranda.
Raja Airlangga kemudian memerintahkan panglima beserta pasukannya untuk pergi ke Girah dan menyerang Calon Arang.
Raja Airlangga mengutus bahwa Calon Arang harus dibawa ke hadapannya baik dalam kondisi hidup maupun mati.
Namun naas panglima yang dikirim oleh Raja Airlangga pulang dengan tangan kosong. Ia tak berhasil membawa Calon Arang dalam keadaan hidup maupun mati.
Banyak prajurit Raja Airlangga yang mati dalam peperangan.Banyaknya prajurit yang gugur memaksa panglima untuk memulul mundur pasukan dan Kembali bertolak ke Kahuripan.
Pasukan Raja Airlangga mengalami kekalahan ketika melawan Calon Arang. Kekalahan ini membuat Raja semakin gusar.
Oleh karena itu ia memanggil seluruh pendeta menghadap ke candi untuk bersemedi dalam rangka memohon pertolongan para Dewa.
Saat para pendeta yang dikumpulkan oleh Raja bersemedi asap dupa mengepul dan datanglah Bathara Guru yang berdiri tegak diatas api.
Bathara Guru mengatakan bahwa ada seorang pendeta sakti bernama Empu Baradah yang dapat mengalahkan Calon Arang. Empu tersebut memiliki pertapaan di daerah Lemah Tuly.
Baca Juga: Di Malam Tahun Baru 2022, 6 Weton Ini Harus Berhati-Hati
Maka berangkatlah Raja Airlangga untuk meminta bantuan Empu Baradah.
Mereka pun mengatur sebuah siasat dengan menikahkan Bahula, murid kesayangan Empu Baradah dengan Ratna Manggali, anak semata wayang Calon Arang.
Setelah pernikahan tersebut Baradah mulai menjalankan misi yang diamatkan gurunya. Ia menyuruh istrinya untuk mencuri kitab Calon Arang,
Baca Juga: 5 Weton Titisan Prabu Siliwangi
Setelah berhasil mencuri kitab Calon Arang, Ratna Manggali memberikan kitab tersebut kepada suaminya agar diserahkan ke Empu Baradah.
Ketika kitab sudah berada di tangan, Empu Baradah pergi ke Girah untuk menantang Calon Arang beradu kekuatan.
Jika ia menang maka Calon Arang harus menghentikan teluh yang selama ini menghantui warga kerajaan Kahuripan.
Calon Arang setuju dengan pertarungan yang amat sengit tersebut ia bersemedi, mempersembahkan sesaji pada Dewi Durga dan meminta agar diberikan kemenangan.
Calon Arang meniup api besar yang menyembur dari mulutnya dan menggulung Empu Baradah.
Namun dengan kesaktian sang Empu tidak termakan api dan tetap berdiri tegak di tempat.
Setelah begitu lama peperangan pun dimenangkan oleh Empu Baradah.
Sang pendeta menolong orang-orang yang telah meninggal dengan memercikkan air di atas mayat. Kemudian mayat tersebut hidup Kembali.
Dengan demikian berkhirlah pendemi yang menyerang kerajaan Kahuripan. Rakyat Kahuripan hidup tenang dalam pemerintahan Raja Airlangga.
Baca Juga: Kata Zaidul Akbar, Air Rebusan Ini Sembuhkan Kolesterol, Darah Tinggi dan Jantung, Coba Ya
Cerita Arang kini berwujud sebuah situs cagar budaya yang berlokasi di Dusun Butuh, Desa Sukorejo, kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.
Situs ini telah diubah sebanyak dua kali karena menjadi korban vandalisme. Situs ini banyak diziarahi berbagai peziarah dari kota-kota di Indonesia hingga luar negri seperti Belanda.***