GAWAT, Tak Sampai 30 Tahun Lagi Jakarta Kiamat? Ini Penjelasannya

1 Oktober 2021, 14:01 WIB
GAWAT, Tak Sampai 30 Tahun Lagi Jakarta Kiamat? Ini Penyebabnya /Tangkapan layar/Narasi Newsroom

JURNAL SOREANG - Dulunya, kampung ini bernama Kampung Teko, sebuah kampung di pesisir Jakarta yang kini berubah nama menjadi Kampung Apung.

Bukan tanpa alasan, kampung ini sekarang memang digenangi air, sehingga rumah-rumah dan bangunan lain di kampung ini seolah mengapung di atas air.

Dikutip dari kanal Youtube Narasi Newsroom, kampung tersebut tergenang air akibat penurunan muka tanah di wilayah DKI Jakarta sejak beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Jadwal dan Link Live Streaming Futsal PON XX Papua 2021, Jabar VS NTB di Semifinal Hari Ini

Tanah di Jakarta dilansir turun mulai dari 5 hingga belasan sentimeter setiap tahunnya, sehingga air laut tak jarang membanjiri sejumlah kawasan.

Bahkan sebuah masjid bernama Waladuna, kini secara harfiah bisa disebut berada di laut.

Sedangkan sebidang tanah yang dulunya merupakan tempat pemakaman umum di daerah Kapuk, kini menjadi danau.

Baca Juga: Berikut 5 Tanaman yang Dianggap Pembawa Hoki Menurut Primbon Jawa, Salah Satunya Pandan Wangi

Di kampung apung, memang terjadi penurunan tanah sekitar 15-25 sentimeter setiap tahunnnya.

Kondisi itu sudah terjadi sejak 1997 lalu dan pada 2007 semakin meluas sampai ke wilayah-wilayah yang dekat dengan Istana Negara.

Saat ini pemerintah DKI Jakarta terus berupaya untuk meninggikan tanggul penghalang air laut.

Baca Juga: Terbongkar! Ini Identitas Pak Irvan dan Ikbal, Trailer Ikatan Cinta RCTI 1 Oktober 2021

Namun upaya itu diprediksi tidak akan efektif, jika penurunan muka tanah terus terjadi.

Bahkan peneliti dari sejumlah perguruan tinggi termasuk Institut Teknologi Bandung, memprediksi bahwa Jakarta akan tenggelan pada 2050 nanti.

Di waktu itu, hampir separuh wilayah atau 95 persen wilayah pesisir Jakarta sampai ke dekat Istana negara akan tergenang.

Baca Juga: 15 Cara Mudah Merawat Busana dan Sepatu Favorit, Salah Satunya Masukkan Jeans ke Freezer

Terkait penurunan muka tanah itu sendiri, para ahli berpendapat bahwa pemicunya adalah pertumbuhan penduduk dan masifnya pembangunan Jakarta sejak era orde Baru.

Ya Jika membandingkan kondisi pada 1970-an, kondisi Jakarta saat ini memang sudah sangat padat.

Daerah resapan air atau area hijau pun semakin sempit sejak 1993 dan boleh dibilang hampir hilang mulai 2005.

Baca Juga: Ada 5 Jenis Khodam Paling Sakti, Apa Saja? Berikut Penjelasannya

Di sisi lain, kepadatan penduduk membuat konsumsi air tanah juga semakin tinggi dari tahun ke tahun.

Eksploitasi air tanah itulah yang menjadi penyebab terus menurunnya permukaan tanah suatu wilayah.

Hal itu sebenarnya pernah terjadi juga di Tokyo Jepang yang beberapa wilayahnya juga mengalami penurunan tanah pada 1920-1960.

Baca Juga: Dari Kawan Jadi Lawan! Marc Klok Persib Bandung VS Wiljan Pluim PSM Makassar, Laga Ketat

Namun ketika pemerintah Jepang menyetop penggunaan air bawah tanah oleh masyarakatnya, laju penurunan muka tanah terheni sampai saat ini.

Keberhasilan itu tak lepas dari upaya pemerintah Tokyo untuk menyediakan akses air bersih bagi warganya, tanpa mengeksploitasi air tanah.***

Editor: Handri

Sumber: Narasi Newsroom

Tags

Terkini

Terpopuler