Baca Juga: Kabar Baik: BLT BPJS Gaji di Bawah Rp5 Juta Berlanjut Tahun Depan
Sementara AD Pirous dalam sambutannya mengatakan, jauh sebelum pandemi Covid-19 mencengkram, saudara Setiawan Sabana berkunjung ke rumah sekedar ngobrol aneka topik ringan, mulai dari hal kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB hingga perkembangan seni (seni rupa) yang kian terpengaruh oleh teknologi / media baru.
“Kami ngobrol di Ruang Studio Lukis di Serambi Pirous,“ kata AD.
Tidak terlalu diatur-atur pembicaraan beralih ke topik seputar Festival Istiqlal 1 (1991) dan Festifal Istiqlal 2 (1995).
Baca Juga: Ini Alasan Presiden China Belum Beri Ucapan Selamat Kepada Joe Biden
Singkat cerita, waktu itu tergagas untuk mengadakan Festival Kebudayaan Indonesia Bernafaskan Islam versi baru – semangat baru.
Berbekal diskusi tentang “Festiva Istiqlal” itu, AD lantas menghubungi Arsno, pematung senior yang semasa Festival Istiqlal terlibat penuh.
"Maka terjadilah diskusi lebih lanjut sebagai upaya untuk merealisasikan event tersebut. Akhirnya persiapan ke arah itu menjadi serius sehingga muncul judul pameran seperti yang sudah saya sebutkan, “ tutur AD.
Baca Juga: Doa Agar Diberi Hikmah di Balik Masalah
Tapi Konsep filosofisnya, kata AD, bukan lagi Kebudayaan Indonesia Bernafaskan Islam, tapi mengakomodasi perupa-perupa dari berbagai keyakinan agama, untuk merefleksikan keberadaan nafas-nafas keagamaan dalam berkesenian.