Berdasarkan legenda, dahulu ada dua orang bidadari yang sedang mandi di Telaga. Karena tidak bisa menahan diri kedua Bidadari ini melakukan perbuatan tercela.
Perbuatan tersebut akhirnya diketahui oleh Dewa yang mengutuk mereka menjadi buaya putih. Buaya ini dipercaya menjadi penunggu kawah Gunung Kelud.
Konon ketika letusan Gunung Kelud memakan korban, jiwa para korban diambil oleh dua Bidadari tersebut.
Jika laki-laki diperlakukan sebagai suami dan jika perempuan dianggap menjadi saudara. Bagi warga yang berada di sekitar lereng gunung Kelud mengenal istilah Wage keramat.
Wage adalah hari pasaran penanggalan Jawa yang identik dengan meletusnya Gunung Kelud.
Upacara adat yang diadakan setiap bulan suro ini dimaksudkan untuk menolak bala sumpah lembusuro.
Bagi umat Hindu ritual ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Sanghyang Widhi.
Raja terbesar Majapahit Hayam Wuruk dan Presiden Republik Indonesia Soekarno lahir bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud.
Baca Juga: Punya Aura Mistis, Gunung Bibi Sigap Lindungi Balarante dari Amukan Merapi