Simak! Terbentuknya Situ Lengkong Panjalu Ternyata Ada Campur Tangan Supranatural

- 25 Mei 2023, 09:26 WIB
Seorang turis bersama Isal Nur Hidayatulloh sedang menikmati Kawasan Situ Lengkong menggunakan Kayak.
Seorang turis bersama Isal Nur Hidayatulloh sedang menikmati Kawasan Situ Lengkong menggunakan Kayak. /tangkapan layar Instagram @Isal_nurhi10

JURNAL SOREANG - Setiap daerah tentu memiliki sejarah, kali ini Jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com akan mengupas sejarah Danau atau Situ Lengkong Panjalu.

Situ Lengkong panjalu terletak di Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Hasil penelusuran dari sumber setempat, maka akan memaparkan sejarah, adat budaya dan terbentuknya Situ Lengkong.

Konon, menurut cerita rakyat atau legenda, terbentuknya Situ Lengkong Panjalu ini ada unsur campur tangan supranatural.

Baca Juga: Pastikan Tepat Sasaran, Polres Ciamis Gelar Monitoring Penyaluran Bantuan Beras ke Warga

Berdasarkan cerita turun-temurun masyarakat sekitar, terbentuknya situ atau danau Panjalu bukan murni pengaruh alam semata.

Namun, konon ada campur tangan kekuatan supranatural Prabu Borosngora, salah satu raja Galuh Panjalu yang telah masuk islam.

Prabu Borosngora atau Sanghyang Borosngora adalah Raja Panjalu (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Ciamis Jawa barat) yang terkemuka.

Di dalam Babad Panjalu diterangkan bahwa sang prabu kemudian memeluk Islam setelah menuntut ilmu di Mekkah kepada Sayidina Ali Bin Abi Thalib RA.

Baca Juga: Tingkatkan Kewaspadaan, Polsek Kawali, Kabupaten Ciamis Gelar Koordinasi dengan RSU

Sebagai cinderamata kepada seorang pangeran dari Panjalu, Sayidina Ali memberikan sebilah pedang, pakaian kebesaran dan air zamzam kepada Sanghyang Borosngora.

Pedang pusaka dari Sayidina Ali ini sampai sekarang masih terpelihara, disimpan di Pasucian Bumi Alit dan disucikan atau dijamas pada setiap bulan Mulud (Rabiul Awal) dalam serangkaian upacara adat Nyangku.

Sedangkan air zamzam dari Mekkah dijadikan air bibit untuk membuat Situ (danau) Lengkong di Panjalu.

Saat ditumpahkan ke dalam danau Panjalu, ada beberapa tetes air yang berserakan hingga akhirnya berubah menjadi nusa atau pulau kecil di tengah danau.

Baca Juga: Klaim di reward.ff.garena, KODE REDEEM FF FREE FIRE Hari Ini Kamis 25 Mei 2023

Walhasil, ada satu nusa yang terbentuk yang diberi nama Nusa Larang, dan akhirnya dibangun sebuah keraton besar yang di dalamnya terdapat lokasi Kepatihan dan Paseban Keraton.

Kemudian Sanghyang Borosngora naik tahta sebagai Raja Panjalu menggantikan kakaknya Prabu Lembu Sampulur II, lalu membangun kaprabon di Nusa Larang, sebuah pulau di tengah-tengah Situ Lengkong.

Prabu Borosngora menurunkan dua orang putera yaitu Rahyang Kuning (Hariang Kuning) dan Rahyang Kancana (Hariang Kancana), di hari tuanya sang prabu lengser kaprabon dan menjadi mubaligh, menyiarkan agama Islam di Jampang (Sukabumi).

Menurut keterangan Isal Nur Hidayatulloh, selaku Ketua Paguyuban Sadar Lingkungan (PSL), sumber Babad Panjalu tidak menerangkan dimana Prabu Borosngora dimakamkan setelah wafatnya.

Baca Juga: Beri Rasa Aman untuk Masyarakat, Satuan Samapta Polres Ciamis Patroli Pam Obvit

Tahta Panjalu kemudian dipegang oleh anak tertuanya Rahyang Kuning, Rahyang Kuning kemudian digantikan oleh adiknya Rahyang Kancana.

Rahyang Kancana mangkat dan dimakamkan di Nusa Larang Situ Lengkong, sampai sekarang makam Prabu Rahyang Kancana selalu ramai dikunjungi para peziarah Islam dari seluruh Indonesia.

"Area makam ziarah tempat Prabu Hariang Kencana, seorang ulama penyebar agama Islam di wilayah itu bersemayam, memang berada di kawasan hutan lebat seluas 57 hektare," ujar Isal Kamis (25/5/2023).

Pengunjung yang akan tirakat, bersemedi atau sekadar refreshing menikmati suasana tengah hutan yang teduh dan asri, wajib melewati situ (danau) Lengkong seluas hampir 40 hektar tersebut.

Baca Juga: Viral! Mobil Berpelat Dinas Polri Tak Bayar Tol di Depok, Polisi Lakukan Penyelidikan

"Dan ada mitos tentang dua buah patung harimau hitam dan putih menjadi penunggu abadi di pintu masuk area tempat ziarah Situ Lengkong, Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat," katanya.

Konon dua patung hewan buas itu, jelmaan dua anak raja Brawijaya, kerajaan Majapahit, yang tersesat di sana, namun melanggar aturan. Akhirnya berubah wujud menjadi raja hutan penunggu hutan Panjalu Ciamis, hingga kini.

Ada salah satu kebudayaan masyarakat Panjalu, Ciamis, Jawa Barat yang masih lestari hingga kini adalah upacara adat sakral Nyangku, sebuah ritual upacara adat pemandian benda pusaka yang dilaksanakan pada setiap bulan Rabiul Awal atau maulud setiap tahunnya.

"Istilah Nyangku diduga berasal dari bahasa Arab 'yanko' yang berarti membersihkan, hingga akhirnya berubah dalam dialek lidah orang sunda menjadi nyangku. Makna dilaksanakannya upacara adat ini, menghormati peninggalan pusaka leluhur, atas jasanya menyebarkan agama Islam di wilayah itu," ucapnya.

Baca Juga: Marak Penipuan Tiket Konser Coldplay, Promotor Bakal Penuhi Panggilan Bareskrim

Untuk mempersiapkan perlengkapan upacara, Kata Dia, konon zaman dahulu, semua keluarga keturunan Panjalu akan menyediakan beras merah yang harus dikupas dengan tangan, bukan ditumbuk sebagaimana biasa. Selanjutnya beras ini digunakan sebagai bahan untuk membuat tumpeng dan sasajen.

"Ritual Nyangku diawali dengan berziarah ke makam raja di Situ Lengkong, Panjalu. Kemudian dilanjutkan dengan pencucian benda pusaka peninggalan raja. Kemudian seluruh benda pusaka yang didominasi perkakas dan senjata perang tempo dulu, dikeluarkan dan 'dimandikan' dari museum bumi alit dan situ Panjalu yang jaraknya berdekatan," jelasnya.

Belakangan air bekas pencucian kerap menjadi incaran peziarah atau pengunjung yang sengaja ingin mendapatkan keberkahan hidup.

Mereka rela berdesakan hanya demi mendapatkan air sisa basuhan tersebut. Sebuah kegiatan yang mesti dibarengi keyakinan kepada Alloh, jika tidak ingin menjadi perbuatan sirik.

Baca Juga: Luar Biasa Banget! Weton Ini Pada Akhir Bulan Mei 2023 Diprediksi Akan Mendapatkan Banyak Rezeki

"Selain menghormati leluhur, kegiatan dalam Nyangku dan ritual maulid nabi Muhammad SAW tersebut, juga bertujuan menyebarkan agama Islam, sekaligus sarana silaturahmi antar warga," tandasnya.***

Editor: Rustandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah