Kerap Menumpuk, Ini yang Dilakukan Pasar Induk Caringin Bandung agar Sampah Tertangani

- 2 September 2021, 06:14 WIB
Tumpukan sampah di Pasar Induk Caringin
Tumpukan sampah di Pasar Induk Caringin /Istimewa/

JURNAL SOREANG- Bertempat di ruang direksi BP3C (Badan Pengelola Pusat Perdagangan Caringin) di Jl. Soekarno - Hatta Kecamatan Babakan Caringin, Bandung, pada Senin, 31 Agustus 2021, Agung Suryamal selaku salah satu pemilik Pasar Induk Caringin, yang didampingi A Syarief Hidayat S.E. Kepala BP3C, dan Yudi Kepala Bagian Kebersihan, menerima kehadiran Eka Santosa, Ketua DPP Gerakan Hejo.

 Eka Santosa didampingi Betha Kurniawan, CEO Hejo Tekno myang juga selaku Direktur PT. Top Tekno Indo.

Galibnya, Hejo Tekno adalah salah satu divisi di Gerakan Hejo, yang dalam-dalam 3 tahun terakhir bergiat sebagai penemu dan produsen mesin pengolah sampah (incinerator) ramah lingkungan yang pertama di Indonesia, dan  telah memiliki SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan merek StungtaXPindad.

Baca Juga: Sako SPN Memaknai Hari Pramuka dengan Peduli Lingkungan, Tanami Halaman Rumah dan Tangani Sampah

"Kami sambut baik kehadiran rombongan Kang Eka Santosa, bahasannya fokus bagaimana mengelola sampah di lingkungan kami agar tuntas di sini (hulu). Lebih jauhnya silahkan hubungi Kang Syarif Hidayat," papar Agung Suryamal.

Menurut Syarif Hidayat, dirinya mengapresiasi tawaran solusi penuntasan sampah di Pasar Induk Caringin,. Menurut info, dulunya hampir 100 ton per hari ada timbunan sampah, dan kini rata-rata 70 hingga 80 ton per hari, ini pun dominan unsur sampah organik (sayur dan  buah),

"Kalaulah Gerakan Hejo dan divisinya HejoTekno hari ini bersedia menempatkan mesin StungtaXPindad. Lalu, kita atur bersama nanti regulasi pengelolanya, dengan para pemakai di sini. Ayolah, kami sangat setuju,” ujarnya.

Baca Juga: Masalah Sampah Kian Memuncak, Indonesia Darurat Sampah

Pada pihak lain Betha Kurniawan menyatakan,  pada tahapan awal untuk mewujudkan feasibility study (FS) dan kerja sama lanjutan.

"Setidaknya butuh lahan 1.000 m persegi, untuk mengolah terutama sampah organik (sayur/buah) dan sedikit non organik sekitar 70 - 80 ton per hari," terang Betha.

BP3C tak perlu repot-repot mengadakan dana investasi sebab pihak Bertha yang  membantu pengadaan mesin dan lainnya, dengan syarat BP3C membuat regulasi secara internal.

"Termasuk nanti penerapan KaMISaMa (Kawasan Minimasi Sampah Mendiri), yang mengakomodir pihak-pihak pegiat TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah – Reduce Reuse Recycle). Terpenting sampah tak dikirim ke TPA lagi yang sangat tak efisien." katanya.

Baca Juga: Podcast ‘EkaTanya’, Tak Mudah Ubah Pola Pikir Warga untuk Olah Sampah

Yudi menyambut baik idea penerapan mesin pengolah sampah ramah lingkungan untuk Pasar Induk Caringin yang luasnya 12,7 Ha, untuk sedikitnya 420 kios yang beroperasi 24 jam, dalam hal dagangan buah-buahan, sayur, ikan, daging, beras, pedagang grosir, elektronik, dan lainnya.

Menurut Yudi pula,  teknologi pengolahan sampah ini merupakan insinerator sampah pertama di Indonesia yang telah berpredikat SNI dari BSN (Badan Srandarisasi Nasional). Jadi aman dan ramah lingkungan,” ujar Yudi.

 Eka Santosa kembali mengingatkan bahwa pola kerjasama jangka panjang ini diharapkan, akan menjadikan pilot project pengelolaan sampah di pasar modern atau tradisional, se Jabar malahan di Indonesia.

Baca Juga: Keliling Desa, Pasukan BBBS Bersihkan Sampah di TPS Liar Ciparay Kabupaten Bandung

”Semuanya soal sampah ini harus tuntas di hulu. Artinya, ia tak dibawa-bawa ke yang namanya ‘TPA’ yang teu pararuguh juntrungannya, baik itu di Sarimukti yang merusak hutan dan ekosistem," katanya 

Apalagi ada rencana Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka di Nagreg, di Kabupaten Bandung.

"Ini pun diduga kuat banyak masalah, salah satunya karena kemahalan dan berbasis proyek dari kalangan tertentu," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah