Jika generasi milenial hari ini tidak diarahkan dan diseimbangkan antara kecakapan teknologi dan penggunaannya untuk kebaikan, maka apa yang disebut dengan istilah “generasi instan” akan benar-benar tercipta.
Baca Juga: IRMA Jabar dan Disdik Jabar Ingatkan Pentingnya Pendidikan Karakter Saat Pandemi
"Minimnya etika, rasa sosial juga akan terjadi. Maka tidak dapat dihindari lagi bahwa untuk memanggil generasi milenial hari ini dibutuhkan panggilan yang berulang-ulang.Karena mereka suntuk saat menggunakan gadget yaitu sibuk saling berbalas chat dengan teman medsosnya," katanya.
Hal ini dikarenakan banyak perubahan yang terjadi terhadap cara hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi milenial dianggap sebagai pembawa nilai-nilai negatif karena berkaitannya dengan budaya luar atau budaya kebarat-baratan.
" Banyak modus kejahatan dalam media sosial, penipuan, penyebaran informasi yang bohong (hoaks), video-video yang tidak pantas dan tidak layak ditonton, dan masih banyak lagi segala kejahatan yang terdapat di media sosial," katanya.
Nilai-nilai sosial yang dulu sangat dihargai, dielu-elukan seakan sudah hilang entah kemana. Adat Istiadat yang menjadi ciri khas seakan telah ditinggalkan oleh masyarakat muda.
"Mereka lebih mengedepankan sikap egoisme dan rasionalisme dalam menyikapi sesuatu hal.Ketika yang mereka inginkan tidak tersampaikan maka emosi akan mencuat, kemarahan, makian, hujatan, dan segala macam yang mereka lakukan," katanya.
Kehadiran masjid menjadi penting untuk generasi milenial sebagai upaya membina keimanannya dari waktu ke waktu. "Hal ini agar milenial hari ini betul-betul dapat menjadi harapan keluarga, agama, bangsa dan negara, mereka harus mendapatkan bimbingan dan arahan sebaik-baiknya," katanya.
Baca Juga: Tiga Siswa Masuk Babak Final Lomba Kesan dan Pesan Pesantren Digital IRMA Jabar, Ini Namanya