Podcast ‘EkaTanya’, Tak Mudah Ubah Pola Pikir Warga untuk Olah Sampah

- 31 Juli 2021, 21:00 WIB
tokoh Jawa Barat mantan Ketua DPRD Jabar (1999 – 2004) dan mantan anggota DPR RI (2004 -2009), Eka Santosa saat menggelar pod cast Ekatana
tokoh Jawa Barat mantan Ketua DPRD Jabar (1999 – 2004) dan mantan anggota DPR RI (2004 -2009), Eka Santosa saat menggelar pod cast Ekatana /Istimewa/

JURNAL SOREANG-  Kembali  tokoh Jawa Barat mantan Ketua DPRD Jabar (1999 – 2004) dan mantan anggota DPR RI (2004 -2009), Eka Santosa, untuk kedua kalinya setalah yang pertama memunculkan pembahasan melalui podcast.

Bertempat di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Pasir Impun, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat, 30 Juli 2021,  Podcast membahas seputar menguubah mindset olah sampah dan fungsi bantaran sungai di Bandung Raya.

Hadir pada kesempatan ini sejumlah nara sumber yang terbilang handal, tersebab mereka cukup memahami seluk-beluk persoalan lingkungan yang terbilang akut.

Baca Juga: Keliling Desa, Pasukan BBBS Bersihkan Sampah di TPS Liar Ciparay Kabupaten Bandung

“Ya, persoalan bagaimana mengolah sampah yang harus habis di hulu dan tak dibawa hingga ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)," ujar  kata Boy Hidayat, aktivis dari DPP Gerakan Hejo.

Nara sumber ‘EkaTanya’ kali ini terdiri atas Kolonel Inf. Eppy Gustiawan, Dan Sektor 22 Citarum Harum; Dudy Prayudi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung; Didi Riswandi Kepala Dinas PU Kota Bandung; dan Endan selaku KSS Hukum dan Komper, mewakili Perum Perhutani Bandung Utara KPH.

Selain itu, Betha Kurniawan, Direktur PT. Top Tekno Indo (Hejotekno) selaku penggagas mesin Pemusnah sampah ramah lingkungan merek StungtaXPindad yang disertai Rusli selaku General Marketing PT.Pindad;, dan Perwakilan dari Komunitas GBB (Gowes Baraya Bandung).

Baca Juga: Waspada Maraknya Sampah Digital, Ini Cara Menangkalnya

Eka Santosa mengatakan, seharusnya merasa  malu sebab sudah 76 tahun kita merdeka masih membahas  soal sampah yang tak ada habis-habisnya 

Acara dibarengi sesi jalan bersama para nara sumber ke bukit atau lapangan ‘Persahabatan Asia-Afrika’ di Alam Santosa yang luasnya sekitar 5 ha, yang rimbun oleh hutan buatan di atas tanah kritis penyebab longsor dan banjir di Bandung Timur.

Sementara Eppy Gustiawan menjelaskan kiprahnya hampir satu tahun ini. Fungsi bantaran sungai di Kota Bandung dan Bandung Raya, memang dalam 30 tahun terakhir ini sudah berubah. "Berangsur-angsur meneruskan Dan Sektor sebelumnya, kini mulai ditata,” ujarnya.

 “Yakinlah bila bertahap, bantaran sungai ini difungsikan sebagai ruang public atau destinasi wisata, akan berubah fungsi sungai itu, tak hanya sebagai TPS (Tempat Pembuangan Sampah)," ujarnya lagi.

Baca Juga: Launching Program Bandung Bedas Bersih Sampah, Kang DS: Pentingnya Edukasi Pengelolaan Sampah di Lingkungan

Sementara itu niatan baru dan beberapa hal sudah dilakukan oleh duet Kadis LH dan PU Kota Bandung Dudy Prayudi dan Didi Riswandi:

”Kedua Kadis Kota Bandung ini tadi sudah paham ternyata, konsep pemusnahan sampah di hulu yang melibatkan masyarakat selama ini seperti ‘Kang Pisman’. Ke depan bisa dipadukan dengan program KAMISAMA (Kawasan Minimasi Sampah Mandiri)," ujarnya

Salah satu caranya, menempatkan mesin StungtaXPindad sebagai salah satu motornya. Ya, motor pemusnahan sampah ramah lingkungan di hulu.

Baca Juga: Edukasi Terkait TPS Liar, Pemkab Bandung akan Launching 306 Kader Bandung Bedas Bersih Sampah

"Ini kan, tak perlu lagi memperkosa TPA Sarimukti di Cipatat KBB yang sudah overload, belum lagi TPA Legok Nangka di Nagreg hingga saat ini belum kelar-kelar dengan segudang masalahnya," ujarnya.

Lebih jauh menurut Eka Santosa mengatakan,  kapasitas harian TPA Sarimukti itu hanya sekitar 2.000 ton sampah per hari, sedangkan sampah harian Bandung Raya itu sekitar 6.000 ton.

"Nah, yang sisanya 4.000 ton itu biasalah slandap-selendep di antaranya dibakar liar, disimpan di bantaran sungai atau malah dibuang ke sungai," katanya.

Sedangkan Betha Kurniawan yang hadir dengan menampilkan maket dari KAMISAMA yang dalam praktinya hanya membutuhkan lahan sekitar 200 m persegi untuk menempatkan StungtaXPindad yang sudah dilaunching oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada 3 September 2020 di Gedung Pakuan Bandung.

Baca Juga: Indonesia Darurat Sampah, Timbunan Sampah Tak Terkelola Lebih dsri 31 Juta Ton!

"Ini bukan karya Hejotekno, Gerakan Hejo, bukan pula PT. Pindad, melainkan produk rereorangan atau gotong-royong warga Jabar,” kata Betha.

Dijelaskan Betha inovasi pemusnah sampah ramah lingkungan ini, mampu menangani masalah sampah secara smokeless (nir asap), kinerja mesin pembakarnya berbasis teknologi ramah lingkungan, dan hemat enerji, dan mobiling (dapat dipindahkan).

Pembakarannya sempurna pada suhu 800 – 1200 derajat C, sehingga diminimasi menjadi sekitar 5% dari volume sampah awal. “Sinergikan saja denga TPS 3 R (Tempat Pemungutan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle). Akhirnya, sampah di setiap kelurahan, RW dan Kecamatan, tak usah dikumpul-kumpulkan lalu dibawa pakai truk ke TPA, misalnya. Saat ini sudah bisa habis di hulu di tingkat warga. Ini akan jauh mengurangi beban TPA yang selalu bermasalah,” jelas Betha.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah