Pemilu 2024! Parpol dan Caleg di Kabupaten Ciamis Tidak Memiliki Agenda Serius dalam Isu Lingkungan Hidup

14 Oktober 2023, 15:45 WIB
Penanaman pohon aren oleh Paguyuban Sadar Lingkungan di Hutan Konservasi Gunung Sawal Kabupaten Ciamis /Dokumen Pribadi/Kayan/Jurnal Soreang



JURNAL SOREANG
- Hasil riset terbaru yang dirilis oleh Paguyuban Sadar Lingkungan (PSL) Kabupaten Ciamis, menunjukan bahwa mayoritas partai politik (Parpol) dan calon legislatif (Caleg) sementara daerah Kabupaten Ciamis di Pemilu 2024, belum menempatkan isu lingkungan hidup dan perubahan iklim sebagai agenda yang serius dalam kebijakannya.

Hal ini terlihat dari minimnya kebijakan dan program partai hingga para caleg yang berkaitan dengan kedua isu tersebut.

Riset yang bertajuk "Parpol dan Caleg di Pemilu 2024 dengan Isu Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim" menunjukan, soal isu lingkungan dan perubahan iklim masih terlihat kecenderungan sikap parpol secara reaktif di media dalam menanggapi isu tersebut.

Baca Juga: Tidak Mencetak Gol di Tim, Dimas Drajad Buktikan Ketajaman dengan Cetak Tiga Gol Lawan Brunei

Data yang diterima dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Ciamis, ada 23 partai politik dan 631 caleg sementara DPRD Kabupaten Ciamis pada pemilu 2024.

Menurut Ketua Paguyuban Sadar Lingkungan (PSL) Isal Nurhidayatulloh, saat ini memasuki tahun politik bertepatan dengan El Nino yang sedang melanda dunia, termasuk Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, yang terdampak dari El Nino atau kekeringan akibat kemarau.

Kabupaten Ciamis sendiri, kata Dia, memiliki Gunung Sawal yang menjadi sumber air bagi masyarakat.

Baca Juga: Tips Membuat Password yang Kuat dan Mudah Diingat

Akan tetapi, kondisinya saat ini hampir terjadi kerusakan alam yang serius dan menyebabkan krisis air hingga rusaknya ekosistem.

"Gunung sawal yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi, saat ini menjadi hutan produksi yang kebanyakan ditanami kopi oleh masyarakat dan perhutani," ucap Isal, secara ekslusif kepada Jurnal Soreang, Sabtu, 14 Oktober 2023.

Menurut Dia, teknis penanaman kopi di Gunung Sawal tidak sesuai dengan kaidah konservasi, karena seharusnya tebang pilih bukan tebang habis seperti yang yang terjadi.

Baca Juga: 10 Ucapan Selamat Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 2023, Ayo Menjaga Kesehatan Tangan!

"Pada sekitar 2018, telah terjadi longsor di kawasan gunung sawal wilayah utara, tepatnya di Desa Mandalare, Kecamatan Panjalu. Dan ini tentunya dampak dari kerusakan alam yang dibuat oleh tangan manusia sendiri," ungkapnya.

Seharusnya, kata Dia, selain peran masyarakat, komunitas dan pemerintah untuk menjaga alam khususnya hutan konservasi gunung sawal, para pemimpin partai politik dan calon legislatif di Kabupaten Ciamis ikut peran serta untuk mengawal keselamatan alam yang serius dalam setiap kebijakan dan program yang mereka tawarkan kepada masyarakat.

"Tapi, hasil riset di lapangan, kita hampir tidak menemukan para petinggi parpol dan caleg di Kabupaten Ciamis di pemilu 2024 mendatang, yang mengawal isu lingkungan khususnya kerusakan alam di hutan konservasi Gunung Sawal, padahal ini menjadi sumber air dan kehidupan bagi masyarakat Ciamis," papar Isal.

Baca Juga: 11 Link Twibbon Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 2023, dengan Desain Menarik Cocok Diunggah di Medsos

Ia menyebut, PSL sendiri sundah menggelar penanaman pohon yang kerjasama dengan pemerintahan desa setempat, agar menjadi contoh bagi para parpol. Seperti menanam pohon kepayang (picung) dan pohon aren di areal kawasan hutan konservasi gunung sawal. Tujuannya, supaya pohon tersebut bisa kembali menyerap dan menyimpan air ketika hujan.

"Selain itu juga, tanaman seperti itu memiliki akar kuat sehingga bisa menahan kekuatan tanah. Kalau hanya menjadi lahan produksi dan ditanami kopi saja, dampaknya ya seperti beberapa tahun yang lalu, mengakibatkan longsor, dan ketika kemarau tidak ada simpanan air," ungkapnya.

Jika masyarakat naik ke atas Gunung Sawal, kata Dia, mereka bisa melihat pohon-pohon pinus yang begitu luas.

Baca Juga: Taman Landmark Kota Ternate, Tempat Wisata Keluarga dan Kaum Milenial dengan Banyak Spot Foto yang Menarik

Di atas Gunung Sawal, hampir rata-rata ditanami pohon pinus, padahal menurutnya, sifat pohon pinus itu tidak bisa menyimpan air ketika hujan sama dengan pohon kopi.

Sebab, pohon pinus itu mengandung lilin, ketika daunnya jatuh ke tanah, ia tidak akan hancur sampai bertahun-tahun, karena kandungan pada daun pinus itu adalah lilin.

"Akhirnya, ketika daun pinus sudah menumpuk di tanah, ketika hujan turun, air langsung mengalir ke kaki gunung, tidak terserap ke dalam tanah. Dan baru 1 bulan kemarau saja, masyarakat akan kesulitan air, karena sudah tidak ada serapan air di Gunung Sawal,'' jelasnya.

Baca Juga: 13 Ucapan Selamat Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 2023, Cocok untuk Dibagikan di Media Sosial

Contoh Desa Panjalu, menurut Dia, saat ini sudah drop air bersih, padahal letak Desa Panjalu itu ada di kaki Gunung Sawal. Beberapa bulan kemarau, karena dampak El Nino tahun 2023, serapan air dari Gunung Sawal sudah tidak naik.

Untuk itu, kata Dia, komunitas seperti PSL tidak bisa berdiri sendiri untuk menyelamatkan Gunung Sawal atas rusaknya ekosistem dan kerusakan alam, karena keterbatasan pengetahuan, materi, dan lain-lain.

"Ya, karena tadi, isu lingkungan ini, tanggung jawab semua pihak. Termasuk partai politik dan calon legislatif, karena mereka adalah wakil rakyat yang harus membantu menyelamatkan kerusakan alam, karena dampaknya tentu bagi masyarakat," tegasnya.

Baca Juga: Happy Global Handwashing Day 2023! Inilah 10 Kutipan Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, Penuh Motivasi!

Menurutnya, selain dari birokrasi pemerintahan eksekutif dan legislatif, setiap solusi yang diambil pada isu lingkungan ada juga beberapa unsur yang terlibat, yaitu masyarakat, akademisi, lembaga usaha, media dan komunitas.***

Editor: Kinanti Putri Rudiana

Tags

Terkini

Terpopuler