Ridwan Kamil : Kami Punya Jadwal Menangis, Ridwan Kamil Bukan Hanya Ayah Eril Tetapi Gubernur Jawa Barat

11 Juni 2022, 07:37 WIB
Ridwan Kamil Sebut Ada Jadwal Menangis untuk Eril/Tangkap Layar Kolase Foto Instagram @ridwankamil @atalia pr /

JURNAL SOREANG - Fahd Pahdepie seorang penulis, menceritakan pengalamannya saat bertemu Ridwan Kamil untuk berbelasungkawa.

Atas meninggalnya anak sulung Ridwan Kamil, Eril atau Emmeril Kahn Mumtadz.

Fahd Pahdepie (lahir di Cianjur, 22 Agustus 1986; umur 35 tahun) adalah seorang penulis, pengusaha, dan aktivis.

Ia merupakan lulusan Monash University, Australia, jurusan Hubungan Internasional, peraih penghargaan Outstanding Young Alumnus pada ajang Australia Alumni Awards pada tahun 2017.

Baca Juga: Jelang Laga Perdana Grup C: Bali United Semakin Kuat, Persib Bandung Tampil Penuh Semangat

 “Tadinya saya berpikir, kenapa kalau mau ‘diambil’ tidak di Indonesia saja? Tapi akhirnya saya menyadari, Eril lahir di Amerika, Amerika itu bumi Allah.

Meninggal di Swiss, Swiss juga bumi Allah. Di manapun di dunia ini sama-sama bumi Allah. Sama saja kalau kita mindsetnya sudah ‘paspor’, di manapun sebenarnya bumi Allah juga.” ujar Ridwan Kamil.


Bagi Kang Emil, kehilangan putera sulungnya di negeri orang adalah semacam ‘ujian kekuasaan’.

Ia geregetan menghadapi otoritas Kota Bern dan negara setempat. Sayangnya ia tak bisa apa-apa di sana. “Kalau kejadian itu di Bandung, mungkin saya sudah kerahkan seribu orang. Tim SAR, BNPB, atau apa saja.

Baca Juga: Jadwal Acara TV RCTI, Sabtu, 11 Juni 2022: Aku Jatuh Cinta, Aku Bukan Wanita Pilihan, Ikatan Cinta

Kalau perlu minta bantuan TNI. Masyarakat juga saya kira akan ikut membantu. Tapi di sana saya ‘powerless’, Pak.

Kekuasaan ternyata tidak ada apa-apanya kalau Allah sudah berkehendak.” Kami semua terbengong mendengar cerita Kang Emil.

Setelah hampir dua minggu kehilangan A Eril, Kang Emil berusaha ‘move on’. Sejak Senin (7/6) ia sudah bekerja dan ngantor lagi di Gedung Sate.

Teh Atalia pun sudah berkegiatan. Katanya, inginnya sebenernya menangis saja di atas sajadah.

Baca Juga: Prediksi Cinta Libra, Scorpio dan Sagitarius Hari Ini, Nikmati Waktu Bersama Tanpa Beban Pekerjaan

Tapi kemudian teringat bahwa ia punya ‘sumpah’ dan tanggung jawab untuk melayani warga Jawa Barat.

“Jadi sekarang kami punya jadwal menangis, Pak Zul, Pak Hatta. Bergiliran. Malam saat tahajud atau pagi saat dhuha. Selanjutnya kita ini kan punya dimensi kemanusiaan yang lain.

Ridwan Kamil bukan hanya ayah Eril, tetapi juga Gubernur Jawa Barat yang harus bekerja.” Senyum Kang Emil membuat saya patah hati sekaligus malu. Setegar itu seorang Ridwan Kamil. Bisakah kita sepertinya?


Menyaksikan momen ini, setelah serangkaian peristiwa yang ia hadapi, bagi saya Ridwan Kamil adalah seorang guru kehidupan.

Baca Juga: Juara Piala Eropa Italia Gagal Total di Play-off Piala Dunia 2022 Qatar, Netizen: Karma Pada Mario Balotelli

Ia melihat musibah dari perspektif syukur dan sabar. Tak kecewa apalagi marah pada ketentuan dan takdir Allah.

Di tengah kesedihan yang dalam, ia masih bisa mengambil hikmah dan membagi sebutir ilmu: Ternyata kebaikan kita saat hidup, akan menjadi bekal ketika kita meninggal.

Jutaan orang yang mendoakan Eril dan ikut bersedih, siapa yang bisa menggerakkan dan menggetarkan hati kita kecuali Allah?

“Kami semua mendoakan, Kang Emil. Juga ikut shalat gaib.” Ungkap Pak Hatta. Sambil meletakkan tangan kanan di dada, seraya menunduk, Kang Emil mengucapkan terima kasih. “Hatur nuhun.” Timpalnya dengan suara rendah.
.
Pagi ini saya mendapatkan hikmah yang luar biasa. Tentang kesabaran, tentang rasa syukur, tentang penerimaan terhadap ketetapan Allah, tentang tanggung jawab seorang pemimpin, tentang menjadi individu yang tidak mementingkan dirinya sendiri.

Baca Juga: Membongkar Kejahatan Robot Trading Fahrenheit, Polri: Untuk Dalang Penipuan Akan Mendapat Hukuman Berat

Sebelum pulang, saya pamit dan menyalami Kang Emil. “Kang, doa terbaik saya untuk Eril. Doa terbaik saya untuk Kang Emil dan keluarga.” Ujar saya.

Kang Emil yang sedang menggendong Arka, putera bungsu yang ia sebut seolah ‘disiapkan’ Allah sebagai penghibur dan penyejuk hati dua tahun sebelum kepergian Eril, tersenyum dan menimpali saya. “Terima kasih, Fahd.

Terima kasih juga kemarin atas tulisannya.” Ya Allah, sehangat dan sepeka itu seorang Ridwan Kamil?

Tentu kita semua belajar dari seorang Ridwan Kamil. Dan Ridwan Kamil belajar dari almarhum puteranya, Eril.***

Editor: Desi Nurhayati

Tags

Terkini

Terpopuler