Begini Cara Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Ridwan Kamil Genjot Indeks Baca Masyarakat yang menurun

24 Maret 2021, 08:21 WIB
Bunda LIterasi Jawa Barat Atalia Ridwan Kamil /Perpusnas

 

JURNAL SOREANG – Indeks baca masyarakat Jawa Barat turun 6,67 poin dari 68,16 pada 2016 menjadi 61,49 pada 2020.

Meskipun demikian, penurunan indeks tersebut lebih disebabkan oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. 

Hal itu dikatakan oleh Bunda Literasi Jawa Barat, Atalia Praratya Ridwan Kamil saat menjadi pemateri penutup dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan 2021 bertema “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural”, yang digelar secara virtual, Selasa 23 Maret 2021.

 Baca Juga: Final kepagian Piala Menpora 2021, Persib vs Bali United

Atalia menambahkan, Jawa Barat adalah salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

Provinsi yang kini dipimpin oleh Gubernur Ridwan Kamil ini dihuni oleh 48,27juta orang, di mana jumlah  itu mencakup 17,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Atalia menggambarkan bahwa besarnya penduduk Jawa Barat ini sama dengan 10 kali lipat jumlah penduduk Selandia Baru, atau dua kali lipat jumlah penduduk sebenua Australia.

“Memiliki jumlah penduduk sebanyak ini bias menjadi sebuah potensi, sekaligus juga menjadi masalah jika kita tidak mampu mengelola sumberdaya manusianya dengan baik,” tutur Atalia.

Hal itu, diakui Atalia, membuat jumlah penduduk Jabar yang pertumbuhannya tinggi, belum mampu diimbangi  oleh fasilitas yang mendukung kegemaran masyarakat untuk membaca, sehingga indeksnya turun.

 Baca Juga: Amalan Mudah untuk Obati Wasir dan Jauhkan Kezaliman

Baca Juga: Tak Terduga, Kontestan American Idol Ini Jatuh Tersungkur di Depan Juri di Atas Panggung Hanya Gara-gara Ini

Padahal, sarana penunjang dan koleksi buku yang ada, terus ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

“Jumlah perpustakaan aktif di Jawa Barat sebanyak 16.384, yang belum secara menyeluruh ada di setiapkota/kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan. Akses masyarakat keperpustakaan juga masih terbatas, terlebih lagi saat pandemi yang makin membuat mereka mengakses sumber,  ditutup,” kata Atalia.

Selain itu, Atalia mengakui bahwa penurunan indeks itu juga terjadi akibat kecenderungan generasi Z yang lebih suka menonton televisi, mendengar music dan mengakses internet, termasuk kelas lebih tuanya yakni generasi milenial yang nyaris semuanya menjangkau informasi dengan smartphone.

“Padahal saya juga terkaget-kaget setelah tahu bahwa 104 anak yang mengalami gangguan jiwa karena kecanduan gawai, dirawat di RSJ di Jabar (Bandung), belum terhitung yang dirawat di RSJ di kota/kabupaten,” katanya.

Bahaya lain yang ditakutkan oleh Atalia adalah, anak-anak menjadi malas makan hingga mengalami gizi buruk, dan banyak yang juga mengalami obesitas karena terlalu sering duduk atau berbaring, bermain ponsel sambil makan dan minum.

Anak-anak juga cenderung kehilangan teman, tak cakap bersosialisasi langsung, dan juga mengurangi produktivitasnya.

Bahaya-bahaya inilah yang kemudian mendorong Jawa Barat kian gencar melakukan gerakan literasi, yang dicanangkan secara jangka panjang untuk tahun 2018 hingga 2023.

“Kita memfasilitasi pembangunan gedung perpustakaan Kabupaten Pangandaran, juga banyak perpustakaan kecamatan, desa dan kelurahan. Kita menyediakan juga mobil perpustakaan keliling untuk 27 kabupaten/kota. Gedung perpustakaan disabilitas dan deposit juga dibangun di Gedebage,” ujar Atalia.

Selain itu, Jabar juga memfasilitasi pembentukan perpustakaan di mall, terminal, stasiun taman, hingga sepanjang jalan aliran Sungai Citarum. Perpustakaan di sekolah dan Ponpes juga diadakan, juga fasilitas gerobak baca, motor baca, becak baca dan perahu baca.

“Kita juga punya Kolecer (Kotak Literasi Warga Cerdas), semacam kotak telfon yang bias menampung 80 buku. Kolecer ini adalah sumbangan yayasan atau masyarakat, yang ada di 600 titik di Jawa Barat. Kami menyediakan ini dengan harapan masyarakat lebih mudah mengakses buku bacaan,” papar Atalia.

Untuk mengintegrasikan buku bacaan dengan teknologi, Jawa Barat membuat aplikasi Candil (Macadina Digital Library) dengan isi 500 judul buku paling update yang bisa di- copypaste.

“Kita juga bekerjasama dengan Grab Express untuk program Makan Jengkol (mari kita antar jemput buku dengan kolaborasi), di mana saat pandemic kita takut mengunjungi perpustakaan, kita bias melalui Grab,” katanya.

Selain aktif menyuarakan minat baca untuk masyarakat Jawa Barat dengan festival, membaca dongeng dan menghadiri segala kegiatan yang berhubungan dengan buku, sang Bunda juga aktif menulis buku dengan tema anak-anak.

Sampai hari ini, Atalia sudah menulis empat buku, termasuk Catatan Kecil Tentang Kita, Mia dan Ikan Goreng, Rendi Sakit Perut yang baru saja dirilis.

“Saya sengaja membuat buku agar memancing Bunda Literasi dari daerah lain juga aktif menulis buku. Jangankan Bunda Literasi, bunda-bunda lain di rumah juga bias menulis buku. Bahkan sekarang banyak anak-anak yang sudah bias menulis buku. Intinya, gerakan literasi itu mulai dari yang kita bias lakukan saja,” tutupnya.***

Editor: Handri

Tags

Terkini

Terpopuler