Netizen Warga Negara Singapura Membeberkan Tentang Negaranya, Netizen: Semua Ada Bagus dan Jeleknya

- 21 Juli 2023, 15:26 WIB
Ilustrasi Gaya hidup warga Singapura/Twitter @ArmondDeBeste
Ilustrasi Gaya hidup warga Singapura/Twitter @ArmondDeBeste /

Dslam bidang kesehatan, Armond yakin dengan pelayanan kesehatan di negaranya karena susah terjamin dengan perawatan yang berkualitas. Baik di rumah sakit milik pemerintah, maupun milik swasta. Berbeda dengan Indonesia yang dimana masih terkendala fasilitas hingga SDM dokter. Tercatat ada sekitar 250 ribu WNI yang berobat ke Singapura setiap tahunnya.

Meski begitu, Armond juga membeberkan kelemahan negaranya yang menurutunya mengorbankan beberapa hal untuk kemajuan Singapura.

Pertama, keputusan pemerintab itu final. Harus diakui, negara yang merdeka dari Malaysia ini hnaya ada satu partai yang menjadi mayoritas dengan 90 persen kursi di parlemen Singapura. Hal ini yang membuat undang-undang di Singapura disahkan dengan cepat dan efisien.

Baca Juga: Driver Online Harus Tahu dan Hati-hati dengan Zona Merah Larangan Masuk Ojek Online di Bandung

Hal ini juga berpengaruh pada reaksi pemerintah yang cepat saat pandemi COVID-19 yang dimana ada klaster COVID-19 dari Pelabuhan Perikanan Jurong. Pemerintah menutup pelabuhan dan pasarnya dan menghentikan aktivitasnya. Berbeda dengan Indonesia yang beberapa netizen protes hingga menyumpahi presiden.

Di Singapura, masyarakat mengambil prioritas atas individu. Saat pembangunan MRT, ada beberapa orang yang mengganggu operasional MRT dengan menempel permen karet di pintu kereta. Oleh karena itulah permen karet dilarang di seluruh Singapura.

Melakukan pelanggaran kecil bisa didenda. Contohnya merokok dengan jarak lima meter dari halte bus atau pintu masuk gedung, akan dikenakan denda sekitar Rp3 juta.

Baca Juga: 5 Pasang Aktor Hollywood yang Dikira Pacaran Ternyata Cuma Bersahabat, Salah satunya Bersahabat Sejak Kecil

Lifestyle orang Singapura juga kompetitif. Kompetitif disini hampir mirip dengan negara Korea Selatan. Selalu ada tekanan untuk sukses. Sebagai contoh, dari kecil sudah diikutsertakan les bimbel agar dapat nilai bagus, ranking tinggi, dan masuk universitas negeri. Jadi, anak-anak tersebut tidak memiliki waktu untuk bermain. Saat memasuki dunia kerja, pastinya anda dinilai dari job title, perusahaan tempat kerja, dan pendapatan. Kalau tidak mengikuti seperti yang disebutkan sebelumnya, anda akan menjadi bahan bully apapun alasannya. ***

 

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Twitter @ArmondDeBeste


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah