Sejarah Panjang Singapura, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, 4 Ras Melayu yang Terpecah oleh Konflik

- 29 Juli 2022, 08:36 WIB
Sejarah Panjang Singapura, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, 4 Ras Melayu yang Terpecah oleh Konflik
Sejarah Panjang Singapura, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, 4 Ras Melayu yang Terpecah oleh Konflik /Youtube

JURNAL SOREANG - Selain kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa maka dari etnis Melayu juga memiliki Kesultanan Melayu yang tak kalah terkenalnya.

Salah satu dari Kesultanan Melayu yang terkenal adalah Kesultanan Johor, Johor merupakan salah satu dari kekuatan politik atau negara yang bersaing ketat untuk mendapatkan perannya sebagai ahli waris Malaka.

Demikian pula ketika kawasan tersebut mulai dikuasai oleh kekuatan kolonial Eropa.

Baca Juga: Legend! Inilah 10 Grup Kpop Gen 2 yang Memiliki Gelar Kehormatan dan Memiliki Impact Besar di Industri Korea

Puncak kejayaannya adalah antara akhir abad ke-16 dan awal abad ke-18 Kesultanan Johor-Riau menerima sumpah kesetiaan dari masyarakat yang tinggal di seluruh kawasan Geographic yang mengagumkan.

Kekuasaan itu meliputi bagian-bagian Selatan Jazirah Melayu, Kepulauan Riau termasuk Singapura masa kini.

Kepulauan Anambas, Tambelan dan kelompok pulau Natuna kawasan di sekitar Sungai Sambas di wilayah Kalimantan Barat dan Siak di Sumatera Tengah.

Baca Juga: Penyebab Alat Kelamin Mr P dan Miss V Mati Rasa dan Kesemutan, Berikut Gejala Hingga Cara Mengatasinya

Selain itu Kesultanan Johor-Riau juga menyatakan bahwa orang-orang yang diperintahkan oleh para penguasa Kampar bendahara Pahang dan Terengganu.

Sekutunya di antara para sekutu di awal abad ke-17 terdapat Campah yang kewibawaannya meliputi Vietnam Selatan.

Masa ini penguasa Campah sudah memeluk Islam dan menjalin hubungan resmi dengan Johor pada tahun 1606.

Baca Juga: Wajib Tahu! 7 Hal yang Diinginkan oleh Istri tapi Jarang Minta ke Suami, Salah Satunya Diajak Jalan Berduaan

Hubungan akrab tersebut dipertahankan selama beberapa puluh tahun lamanya, Johor awalnya adalah bagian dari Kesultanan Malaka.

Namun Kesultanan Malaka ditaklukkan oleh Portugis pada tanggal 10 Agustus tahun 1511 dibawah pimpinan Alfonso de Albuquerque.

Sultan Mahmudsyah 1 yang berhasil menyelamatkan diri dari gempuran Portugis kemudian membangun keseluruhan baru di Bintan.

Baca Juga: WOW! Gaji TKI Australia Capai Rp20 Juta per Bulan, Kebijakan Pemerintah Setempat Bikin Kerja Makin Betah?

Kesultanan ini meliputi Kelantan, Perak Terengganu, Pahang, Johor, Singapura, Bintan, Lingga, Indragiri, Kampar Siak dan Rokan.

Di dalam Sulalatus Salatin setelah wafatnya Sultan Muhammad Syah 1 pada tahun 1522 Pandi Kampar Sultan Alaudin Syah salah seorang Putra Raja Malaka menjadikan Johor sebagai pusat pemerintahannya.

Dan kemudian dikenal sebagai Kesultanan Johor, Sultan Alaudin Syah kemudian membangun pusat pemerintahan baru pada kawasan muara sungai Johor.

Baca Juga: PREDIKSI PSM Makassar vs Bali United Liga 1 2022 Pekan ke 2, Starting Line Up, Head to Head, Skor

Perlawanan terhadap Portugis terus berlanjut, Kesultanan Johor menjalin hubungan bersahabat dengan VOC sejak awal tahun 1600-an.

Dimulai dengan membuat sebuah persekutuan Ad Hoc antara Sultan Alauddin Syah tiga dengan Laksamana Belanda Jacob van Heemskerck pada tahun 1567 sampai 1807.

Johor merupakan salah satu di antara kekuatan-kekuatan Asia yang pertama kali mengutus sebuah misi diplomatik ke kerajaan Belanda di tahun 1603.

Baca Juga: Tidak Tergoda! Meski Tottenham Hotspur Tawarkan Nilai fantastis, Jose Mourinho Enggan Lepas Nicolo Zaniolo

Tiga tahun kemudian para Utusan kedutaan Johor itu kembali dengan selamat menumpang Armada Laksamana Madlife.

Dua buah perjanjian resmi diratifikasi antara Johor dan VOC di bulan Mei dan September tahun 1606.

Di kawasan utara Pulau Sumatera muncul kekuatan baru di Aceh yang mulai melakukan ekspansi wilayah kekuasaan dengan menaklukkan beberapa kawasan Melayu dan berusaha mengontrol jalur pelayaran di Selat Malaka.

Baca Juga: Khusus TKI Laki-Laki! Begini Cara Mendapat Pekerjaan di Negara Hongkong, Gampang-Gampang Susah?

Kesultanan Aceh berusaha menyerang kedudukan Portugis di Malaka dan juga menyerang kedudukan Sultan Johor pada tahun 1613.

Sultan Iskandar Muda menaklukkan Johor, Sultan Johor beserta seluruh kerabatnya ditawan dan dibawa ke Aceh.

Setelah beberapa tahun di Aceh, Sultan Alauddin Syah 3 berjanji tidak akan lagi membantu Portugis yang telah menduduki Malaka.

Baca Juga: HUMOR SI CEPOT: Pantun Lucu Bikin Ngakak, Dijamin Sakit Perut

Maka Sultan Iskandar Muda membebaskan Sultan Alauddin dan diantar kembali serta dinobatkan kembali sebagai Sultan Johor pada tahun 1641.

Belanda berhasil merebut Malaka dari Portugis dan Belanda mengakui kedaulatan Sultan Johor atas wilayah kekuasaannya.

Dan pada saat bersamaan kawasan muara sungai Johor kembali muncul sebagai salah satu pelabuhan dagang di Semenanjung Malaya.

Baca Juga: CEPOT DAKWAH: 10 Pantun Spesial Tahun Baru Islam untuk Status Medsos Kamu, Keren Abis

Pernah pula terjadi permusuhan antara Kerajaan Jambi dan Johor, masalah antara Johor dan Jambi bermula disaat kedua belah pihak berselisih paham mengenai perebutan kawasan yang bernama Tunggal.

Pada masa ini Johor diperintah oleh Sultan Abdul Jalil Syah 3 dan pemerintahan lebih banyak dimainkan oleh raja muda dalam usaha untuk mendapatkan Tunggal dari tangan orang Jambi orang jalur telah menghasut penduduk Tunggal untuk memberontak.

Hal ini menimbulkan kemarahan pemerintahan Jambi namun kekuatan Johor yang disegani pemerintah Jambi pada waktu itu menyebabkan Jambi memilih untuk berdamai.

Baca Juga: Waspada Wabah Cacar Monyet yang Kini jadi Penyakit Global, Bisa Menular Lebih Cepat Lewat Hubungan Intim!

Ketegangan antara Johor dan Jambi dapat diredakan karena perkawinan antara raja muda Johor Sultan Hamid Syah dengan Putri Sultan Jambi pada tahun 1659 antara tahun 1722.

Sampai dengan 1746 Tahta Kesultanan Johor diperebutkan oleh raja kecil dan raja Sulaiman.

Konflik perebutan kekuasaan Kesultanan Johor pada tahun 1722 mengakibatkan pewaris Tahta yang sah yakni raja kecil melarikan diri ke bekas jajahan Johor dia Nesia dan mendirikan kerajaan baru yang dikenal Siak Sri Indrapura dikarenakan Raja Kesultanan Johor bukan pewaris Tahta yang sah.

Baca Juga: Persib Bandung vs Madura United, Prediksi Skor, H2H Liga 1 2022, Robert Dituntut Jeli Menerapkan Formasi

Maka Raja Pelalawan saat itu yaitu Maharaja 2 memutuskan memisahkan diri dari Johor wilayah kekuasaan Pelalawan ini kelak dituntut oleh Sultan Syarif Ali keturunan raja kecil yang berkuasa di Siak Sri Indrapura.

Karena dianggap masih bagian bekas kekuasaan Johor, keinginan tersebut jelas ditolak oleh Maharaja Lela 2 sehingga Siak Sri Indrapura menyerang pelalawan pada tahun 1797 dan pada tahun 1798 yang berakhir pada kekalahan Pelalawan.

Sultan Syarif Ali mengangkat adiknya yaitu Sayyid Abdurrahman sebagai raja pelalawan.

Baca Juga: Studi Ungkap 3 Dampak yang akan Timbul Jika Pasutri Lama Tak Bercinta, Kesehatan Fisik hingga Mental

Sedangkan Maharajalela 2 dinobatkan sebagai orang besar kerajaan Pelalawan karena dianggap masih keturunan Kesultanan Johor.

Setelah Kesultanan Siak Sri Indrapura membuat perjanjian dengan Inggris pada tanggal 31 Agustus 1818 menjadikan Singapura dan Johor berada dalam pengawasan Inggris.

Kemudian Belanda menekan Sultan Siak dalam perjanjian pada tahun 1822 untuk tidak membuat sembarang kerjasama tanpa persetujuan dari Belanda. 

Baca Juga: Simak! Ramalan Shio Ayam, Anjing, Babi Hari Ini, Kerja Keras Akhirnya Membuahkan Hasil

Serta wilayah Kepulauan Riau menjadi bagian kolonial Belanda pada tahun 1824 wilayah kekuasaan Kesultanan Melayu ini dipisah menjadi dua dengan Perjanjian London.

Antara Belanda dan Inggris, perjanjian wilayah kekuasaan ini menjadikan Riau Linggau, Pahang dan Johor yang masih dalam satu rumpun harus dipisahkan.

Belanda menguasai pulau-pulau nusantara yang sekarang menjadi Indonesia dan Inggris menguasai Semenanjung Malaya yang sekarang menjadi Malaysia.

Baca Juga: PREDIKSI Persib Bandung vs Madura United Liga 1 2022 Pekan ke 2, Starting Line Up, Head to Head, Skor

Kemudian mereka menempatkan Raja bawahan pada masing-masing kawasan sehingga muncul dualisme kepemimpinan pada bekas wilayah Kesultanan Johor.

Sultan Husein yang didukung oleh Inggris di Singapura sedangkan Sultan Abdurrahman Muazzam Syah yang berkedudukan di Lingga didukung oleh Belanda dari Tanjungpinang.

Kesultanan Riau, Lingga, Pahang dan Johor Kesultanan Melayu yang dipisahkan kini menjadi empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.***

Editor: Agung Prasetya

Sumber: Youtube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah