JURNAL SOREANG - Kementrian Kesehatan Republik Indonesia baru saja membuat inovasi terbaru yakni meluncurkan rompi penurun suhu panasnuntuk pasien jamaah haji.
Rompi penurun suhu panas tersebut sudah di uji coba langsung oleh Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.
Meski rompi penurun suhu panas tersebut cukup tebal, tapi Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas mengaku tidak merasa kepanasan.
Baca Juga: Tes IQ Psikotes: Apa Warna Stroberi Ini Merah, Biru, atau Abu? Uji Fokus dan Kejelian Anda Disini!
Rompi penurun suhu panas memang dirancang sedemikian rupa dengan teknologi terbaik untuk pasien heat stroke inovasi dari Kemenkes.
"Ini kayak pakai AC dalam baju, kita tidak merasa kayak di tengah gurun. Saya akan coba ini untuk semua petugas. Overall ok banget ini," kata Menag di sela-sela meninjau tenda di Mina, Rabu.
Penggunaan rompi canggih yang didesain dengan warna hitam dengan hoodie (topi kupluk) ini akan sangat membantu mengatasi situasi cuaca di Arab Saudi yang sangat panas.
"Ini akan sangat membantu. Tahun depan akan dipikirkan serius untuk semua semua petugas haji," kata Yaqut.
Terlebih lagi cuaca di Mekkah rata-rata mencapai 44-45 derajat Celsius dan diperkirakan cuaca panas tersebut akan berlangsung sampai beberapa tahun ke depan.
Pada musim haji 2022, Kementerian Kesehatan memanfaatkan teknologi carbon cool yang didesain menjadi rompi penurun suhu untuk penanganan kasus heat stroke pada jamaah haji di Arafah, Muzdhallifah dan Mina (Armuzna).
Selain untuk pasien jemaah haji dengan penyakit tertentu, rencananya rompi penurun panas ini akan digunakan oleh petugas kesehatan yang bertugas di wilayah Armuzna sebagai tindakan pencegahan.
Sejauh ini sudah ada 10 rompi penurun suhu panas yang disiapkan untuk petugas, sementara 20 rompi disiapkan untuk pertolongan pertama pada jamaah heat stroke.
Tim dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, sekaligus tim peneliti Dr dr Rr Suzy Indharty MHA MKes SpBS(K)-Spesialis bedah saraf konsultan tumor otak dosen Fakultas Kedokteran USU Medan kolaborasi dengan dosen Fakultas Tehnik UNS Solo, mengatakan bahwa pengukuran suhu dan tanda vital jamaah menjadi parameter dalam penggunaan rompi tersebut.
"Suhu diukur secara berkelanjutan, dan akan dihentikan setelah suhu pasien turun mencapai 38 derajat, untuk kemudian diberikan terapi standar lainnya," kata Suzy.
Rompi tersebut menggunakan teknologi yang disebut Teckno cool karena memiliki daya tahan dingin yang lama hingga 8-12 jam.
Jauh lebih lama dibandingkan dengan penggunaan es atau ice gel, tidak cepat mencair dan tidak basah.
Baca Juga: 38 Bahasa Daerah di 12 Provinsi Akan Jalani Revitalisasi, Bahasa Sunda Termasuk?
Nantinya pasien akan dipakaikan rompi lengkap dengan decker untuk meredam saraf-saraf sensorik yang banyak di bagian tubuh terbuka yang tersengat matahari yaitu bagian lengan, paha, dan betis.
Dalam keadaan darurat, techno cool bahkan bisa langsung ditempelkan di tubuh pasien.***