JURNAL SOREANG - Calon presiden sayap kanan Prancis Marine Le Pen mengatakan bahwa begitu perang Rusia-Ukraina berakhir, ia akan mengusulkan hubungan yang lebih erat antara NATO dan Rusia dan menarik Prancis keluar dari komando militer aliansi yang dipimpin Amerika Serikat.
Selama presentasi pedoman kebijakan luar negerinya pada hari Rabu, 13 April 2022 bahwa kandidat presiden sayap kanan Marine Le Pen mengumumkan akan menarik Prancis dari Komando Terpadu NATO.
"Kami tidak berbicara tentang meninggalkan alisni, tetapi tentang meninggalkan struktur komandonya," ucap Marine Le Pen sambil menekankan bahwa dia tidak ingin negaranya tetap "di bawah protektorat Amerika" atau untuk berpartisipasi dalam "perang tertentu dibawah kendali Amerika Serikat."
Meskipun Le Pen menekankan bahwa dia "tidak memiliki permusuhan terhadap bangsa Jerman", dia juga menunjukkan bahwa Prancis memiliki "perbedaan yang tidak dapat didamaikan" dengannya dalam masalah keamanan dan energi.
Di antara perbedaan ini adalah fakta bahwa Jerman "menganggap NATO sebagai sesuatu yang wajar untuk menjaga keamanannya sendiri," katanya dan mengingat bahwa Presiden Emmanuel Macron sendiri pernah mendefinisikan NATO sebagai "dalam keadaan mati otak."
"Segera setelah perang Rusia-Ukraina berakhir dan telah diselesaikan dengan perjanjian damai, saya akan menyerukan penerapan pemulihan hubungan strategis antara NATO dan Rusia," ucap Marine Le Pen kepada konferensi pers.
Kemenangan Le Pen pada putaran kedua 24 April 2022 nanti akan bergema di seluruh Eropa dan seantero Atlantik dilaksanakan di istana kepresidenan Élysée, Paris. Seseorang yang telah lama menyatakan kekagumannya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.