Rusia Kian Gencar Membombardir Kota di Ukraina, Biden : Putin Harus Membayar Perbuatannya!

- 2 Maret 2022, 16:36 WIB
Potret Presiden Amerika yang sedang melakukan pidato kenegaraan yang membahas Invasi Rusia/Instagram @joebiden
Potret Presiden Amerika yang sedang melakukan pidato kenegaraan yang membahas Invasi Rusia/Instagram @joebiden /

JURNAL SOREANG -Dalam satu minggu ini diberitakan Rusia masih melakukan invasi di Ukraina.

Rusia terus melancarkan serangannya ke beberapa kota di Ukraina yang diperkirakan memakan banyak korban.

Keadaan Ukraina diberitakan menurut Reuters semakin hari kian mengkhawatirkan karena invasi Rusia yang kian gencar menyerang berbagai kota.

Baca Juga: Wasit Laga Persija vs Persib Disamakan dengan Wasit Piala Dunia, Bagaimana Bisa? Simak Ulasannya

Diperkirakan ratusan ribu orang Ukraina telah lari dari Ukraina dalam waktu satu minggu terakhir.

Sejak Rusia Putin melakukan invasi skala penuh pada Ukraina dengan serbuan pasukan militer Rusia yang merangsek masuk ke kota-kota di Ukraina.

Militer Rusia saat ini telah menguasai beberapa kota salah satunya Kherson, sebuah kota berpenduduk hampir seperempat juta orang di utara Krimea.

Baca Juga: 5 Tim yang Bermain di Piala Dunia, Namun Belum Pernah Mencetak Gol, Nomor Terakhir 'Indonesia'

Dalam sebuah pidato kenegaraan Joe Biden Presiden Amerika berpidato mengenai krisis Ukraina.

“Meskipun dia mungkin mendapat keuntungan di medan perang, dia akan membayar harga tinggi yang berkelanjutan dalam jangka panjang,” kata Biden.

"Dia tidak tahu apa yang akan terjadi (konsekuensi pada Rusia)," pungkasnya.

Baca Juga: Simak! Lirik Lagu Your Warmth, Yeri Red Velvet ft Babylon dan Terjemahannya

Sumber dari Pertahanan Amerika mengatakan kemajuan pasukan militer Rusia Kyiv telah terhenti.

Dikarenakan masalah logistik, termasuk kekurangan makanan dan bahan bakar, dan beberapa unit kendaraan taktis tampaknya memiliki masalah.

"Sangat penting untuk (Rusia) setidaknya menghentikan pengeboman orang, hentikan pengeboman dan kemudian duduk di meja perundingan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dikutip dari Reuters.

Diperkirakan lebih dari 450.000 orang telah meninggalkan Ukraina dan mengungsi ke Polandia, serta 113.000 lainnya ke Rumania.

Baca Juga: Inilah 5 Fakta Kekalahan Timnas Argentina Saat Bertemu Dengan Kroasia Pada Piala Dunia, Nomer 3 Menyedihkan

Majelis Umum PBB akan menegur Rusia dan menuntut agar Moskow berhenti berperang dan menarik pasukan militernya dari Ukraina.

Biden mengumumkan peningkatan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, tergabung dengan Uni Eropa dan Kanada yang melarang pesawat Rusia melewati kawasan udara Amerika Serikat.

Biden berucap bahwa akan memerintahkan pihak terkait untuk membekukan aset milik orang kaya Rusia yang memiliki hubungan dengan Putin.

Baca Juga: Selain Binary Option Binomo dan Octa FX, Inilah Daftar 154 Investasi Ilegal yang Dilarang OJK Selamanya

Setelah mengadakan pertemuan dengan kelompok G7, Biden mengatakan akan membentuk satuan tugas khusus untuk membekukan dan menyita aset-aset Rusia.

Pada saat yang sama Ukraina meminta pada NATO untuk menerapkan larangan terbang di atas kawasannya agar areanya tidak di gempur lewat jalur udara oleh Rusia.

Namun permintaan tersebut ditolak karena Ukraina bukan merupakan anggota NATO dan mereka khawatir hal tersebut memicu konflik langsung antara Rusia dan Amerika Serikat.

Sebagai gantinya NATO dan Amerika mengirimkan bantuan perang berupa senjata ke Ukraina.

Baca Juga: Mudah! Cara Membuat Camilan Cokelat Hanya Memakai 2 Bahan?

Beberapa negara juga menawarkan bantuan angkatan militer yang menjadi sukarelawan untuk diterjunkan di medan perang.

Di Taiwan, presiden, wakil presiden dan perdana menteri berjanji untuk menyumbangkan gaji mereka untuk membantu Ukraina.

Mengisolasi Rusia secara diplomatis, strategi utama Uni Eropa untuk mematikan ekonomi Rusia dari sistem keuangan global.

Mereka juga mendorong perusahaan-perusahaan internasional untuk menghentikan penjualan, memutuskan hubungan, dan membuang investasi bernilai puluhan miliar dolar.

Exxon Mobil bergabung dengan perusahaan energi besar Uni Eropa lainnya termasuk British BP PLC dan Shell dan mengumumkan akan memutuskan kerja sama dengan Rusia.***

Editor: Handri

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah