Jelang Kematian, Raja Iskandar Agung Siap Lelang Semua Rampasan Demi Bertemu dengan Ibunya, Ini Kisah Pilunya

- 28 Desember 2021, 16:14 WIB
Ilustrasi Raja. Raja Iskandar Agung yang menangis ingin bertemu ibunya. Tangkapan layar YouTube/@ASISIChannel
Ilustrasi Raja. Raja Iskandar Agung yang menangis ingin bertemu ibunya. Tangkapan layar YouTube/@ASISIChannel /

JURNAL SOREANG – Sampai kini para ahli sejarah masih berdebat tentang Iskandar Agung, raja tempo dulu yang dikenal sang penakluk dunia.

Raja Iskandar Agung diduga sama dengan Iskandar Zulkarnain yang kemudian dikenal sebagai Alexander Agung, sang penakluk dunia.

Secara awam, tak sedikit orang berspekulasi bahwa Iskandar Agung, Iskandar Zulkarnain, atau Alexander Agung adalah seorang raja yang sama: dikenal sebagai penakluk dunia.

Terlepas dari polemik itu, artikel ini akan mengangkat sepenggal kisah Raja Iskandar Agung menjelang akhir hayatnya yang dikabarkan ia meninggal di usia muda.

Baca Juga: Raja Paling Hebat di Dunia! 4 Negara Ini Pernah Dijajah Kerajaan Sriwijaya dari Indonesia

Dikutip Jurnal Soreang dari buku Tales of the Mystic East, Selasa, 28 Desember 2021, akhir hayat Raja Iskandar Agung benar-benar menyadarkan betapa berharganya setiap nafas, dan betapa dahsyat kekuasaan Allah Yang Mahakuasa.

Coba simak kisahnya berikut ini.

Setelah menaklukkan sebagian besar dunia yang dikenal pada zaman itu dan memimpin pasukannya sampai ke pedalaman India bagian Barat Laut, Iskandar Agung akan pulang ke negara asalnya.

Ia berkonsultasi kepada para astrolog dan bertanya kepada mereka apakah mereka tahu kapan ia akan mati.

Perhitungan mereka menunjukkan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Bahkan, sudah hampir mendekati akhir. Mereka tidak mau berdusta, tapi mengungkapkan kebenaran akan membahayakan jiwa mereka.

Baca Juga: Kebesaran Raja di Indonesia, 4 Negara Ini Bangga Jadi Keturunan Kerajaan Sriwijaya

“Wahai, Maharaja!” kata astrolog paling senior kepada penakluk yang agung itu setelah lama mempertimbangkannya, “perhitungan kami menunjukkan bahwa Baginda tidak akan mati sebelum tanah menjadi besi dan langit menjadi emas.”

“Aha!” pikir Iskandar, “Mukjizat seperti itu akan memerlukan waktu berabad-abad untuk terjadi. Mungkin aku tidak akan mati.”

Tetapi, ketika ia berjalan ke arah Barat menuju Persia, ia terjangkit oleh penyakit malaria yang parah sewaktu melewati gurun Seistan yang sekarang termasuk wilayah Afganistan sebelah Barat Daya.

Baca Juga: Fakta Unik Thailand Pimpinan Raja Vajiralongkorn, Bertemu Indonesia di Final Piala AFF

“Aku sekarang demam,” kata Iskandar kepada perdana menterinya yang berjalan beberapa mil lagi,” katanya. “Di sana kami akan dapat mencari pohon yang teduh di mana Paduka akan dapat berteduh dan beristirahat.”

Mereka meneruskan perjalanan melewati gurun yang gersang itu di bawah terik matahari.

Tetapi setelah berjalan dua atau tiga mil lagi, Iskandar menjadi begitu lemah sehingga ia tidak dapat berjalan lagi. Setelah turun dari kudanya, ia merebahkan diri di tanah yang panas sambil terengah-engah.

Sang menteri yang cemas itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu memberikan kenyamanan kepada rajanya dan melindunginya dari terik matahari.

Baca Juga: Meski Disebut Sang Penakluk Dunia, Raja Iskandar Agung Menangis Seperti Anak Kecil, Begini Kisahnya

Untuk membuat alas yang empuk sebagai pembaringan sang raja, ia melepaskan bajunya yang terbuat dari besi berlapiskan empatpuluh lapis kain sutra untuk melindungi pemakainya terhadap tusukan pedang seperti yang lazim dilakukan pada zaman itu.

Ia menebarkannya di tanah dan Iskandar tidur di atas kasur sutra yang empuk itu. Sang menteri kemudian memegang perisainya di atas wajah sang raja untuk mengayominya dari sinar matahari.

Ketika ia menjadi lemah karena demamnya dan berguling-guling dalam kegelisahannya, Iskandar sempat menengadah dan melihat perisai sang menteri. Ia melihat perisai itu dihiasi garis-garis yang terbuat dari emas, lalu ia ingat akan ramalan sang astrolog.

Baca Juga: Terungkap! Raja Thailand, Vajiralongkorn Menikahi Pengawal Pribadinya Berawal dari Cinlok

“Oh, alangkah bodohnya aku untuk bersukacita atas ramalan astrolog itu,” erangnya. ”karena sekarang ramalan itu telah jadi kenyataan: tanah di bawah pembaringanku terbuat dari besi dan langit di atasku terbuat dari emas.”

Pada saat itulah para dokter istana tiba dan mereka memeriksa sang penakluk dunia itu.

“Paduka,” kata mereka kepadanya, “tidak ada gunanya untuk menipu paduka. Saat ini juga paduka sedang berada di ambang pintu kematian.”

“Apakah benar-benar tidak ada obatnya?” kata Iskandar berdesah.

Baca Juga: Tak Hanya Kontroversial! Ternyata Raja Thailand, Vajiralongkorn Multi Talenta

“Tidak ada, paduka, demamnya terlalu parah. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan paduka sekarang.”

Sang maharaja itu berputus asa setelah mendengar kata-kata itu. Tapi, meski telah lemah, ia tetap menolak untuk percaya bahwa ajalnya sudah dekat.

“Wahai, kawan yang setia,” desahnya kepada perdana menterinya, “umumkan segera bahwa aku akan memberikan separuh kerajaanku kepada siapa saja yang dapat memperpanjang hidupku sehingga aku dapat melihat ibuku untuk terakhir kali. Bagaimana, bapak-bapak dokter? Apakah hal seperti itu memungkinkan?”

“Tidak, Paduka,” sahut para dokter secara terpaksa, “Paduka hanya akan hidup semenit atau dua menit lagi.”

Baca Juga: Raja Pemilik Warga Paling Sedikit di Dunia, Rakyatnya Tak Lebih dari Satu Tim Futsal

Iskandar menjadi panik. “Siapa pun yang dapat membawa aku hidup-hidup kepada ibuku,” serunya dengan lantang, “aku akan memberikan semua hasil rampasanku, tidak ada yang kusisakan. Sedangkan aku sendiri akan hidup dari sedekah.”

“Paduka yang mulia,” kata para dokter dengan nada sedih, “tak ada satu pun tarikan nafas Paduka yang tersisa lagi, dan tidak ada yang dapat mencegah kematian Paduka sekarang.”

Mendengar ini, peneror bangsa-bangsa yang agung itu menangis seperti anak kecil.

Baca Juga: Jarang Diketahui! 5 Fakta Unik Vajiralongkorn Raja Thailand, Miliki Pedang Keramat

Dari kisah ini jelas, meskipun ia dijuluki sang penakluk dunia, Iskandar Agung tak mampu melawan takdir kematiannya. ***

Editor: Sarnapi

Sumber: Buku Tales Of The Mystic East


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah