Mengenal Al-Saadi Gaddafi, Putra Diktator Libya Yang Memilih Menjadi Atlit Sepak Bola

- 15 Desember 2021, 21:47 WIB
Al-Saadi Gaddafi
Al-Saadi Gaddafi /Rivaldi Nurfikri Alghifari /Tangkap Layar Instagram @inspecthistory

JURNAL SOREANG - Diktator Libya Muammar Gaddafi yang memerintah negara itu dari tahun 1969 dengan kontrol yang ketat. Dengan ide Pan-Arabisme dia menjadikan Libya sebagai negara berbasis Nasionalis, Sosialis, dan Islamis.

Dia tidak segan bertindak respresif bagi siapapun yang tidak sejalan dengan aturan yang dia terapkan.

Terlepas dari sosoknya yang cenderung mendukung gerakan-gerakan separatis di dunia. Ternyata Gaddafi memiliki putra yang menjadi atlit sepak bola dan sudah merasakan liga top Eropa.

Baca Juga: Resmi Dibentuk, Holding BUMN Pariwisata Indonesia, tapi Perusahaan Ini Kok Tak Masuk Ya

Al-Saadi Gaddafi merupakan putra ketiga dari Sang Diktator Libya Muammar Gaddafi. Tidak sama dengan putra-putra diktator lainnya, Saadi lebih tertarik menjadi seorang atlit dunia sepak bola.

Dengan kekuasan ayahnya itu, Saadi bisa langsung menjadi pemain profesional di usia 27 tahun pada tahun 2000 dan pernah bermain bersama dua tim ibu kota, AL-Ahly dan Al-Ittihad.

Yang lebih menariknya lagi, Saadi memerintahkan komentator agar menyebutkan namanya saja dalam pertandingan dan tidak boleh menyebutkan nama pemain lainnya.

Liga Libya seakan sudah kehilangan kualitasnya, karena aturan yang diterapkan Saadi harus selalu dilakukan, seakan liga Libya menjadi tempat bermain untuk nya.

Baca Juga: Spoiler Serial Hawkeye Episode 5 Part 4: Kembalinya Sosok Ronin! Sadis Tapi Kali Ini Punya Nurani

Karena aturan itu, Saadi menjadi superstar bak Cristiano Ronaldo, meski skil yang dia miliki sangat biasa saja.

Saadi yang memiliki 7 persen saham di klub liga Italia Juventus, berhasil membuat Libya menjadi tempat melaksanakan Supercoppa Italia yang mempertemukan Juventus dan Parma pada tahun 2002.

Pada tahun 2003, Klub Italia, Perugia secara mengejutkan merekrut Saadi sebagai pemain mereka. Saadi hanya tampil dalam satu pertandingan melawan Juventus pada tahun 2004.

Tapi setelah pertandingan itu, Saadi mendapatkan larangan satu tahun karena kedapatan menggunakan doping.

Baca Juga: Jadwal Shalat dan Puasa Kamis untuk Yogyakarta dan Sekitarnya, Kamis 16 Desember 2021

Pada tahun 2005-2006, dia masuk kedalam skuat Udinese dan hanya tampil dalam satu pertandingan.

Sampdoria menjadi klub terakhirnya dalam dunia sepak bola pada tahun 2006-2007 tanpa memainkan satu pertandinganpun.

Banyak yang mempertanyakan tentang transfer Saadi ke Liga Italia dan menjadi salah satu transfer pemain yang kontroversial.

Banyak kabar bahwa transfer Saadi ke Perugi ini adalah hasil dari campur tangan perdana mentri Silvio Berlusconi untuk melancarkan hubungan Italia dan Libya dalam sektor perdagangan.

Baca Juga: Beda dari yang Lain! Tentara Vatikan Ternyata Disewa dari Negara Lain, Seragamnya Juga Mencolok

Terlepas dari kabar itu, beberapa pemain Perugia mengatakan bahwa skil yang dimilikim Saadi sangatlah biasa saja, tetapi dia memiliki kepribadian yang baik dan sering berbaur dengan pemain lain.

Dia juga sangat bersemangat ketika berlatih dan pernah menyewa legenda sepak bola dunia, Diego Maradona serta sprinter peraih medali emas Olimpiade, Ben Johson sebagai pelatih pribadinya.

Selain bermain di beberapa klub di Libya dan Italia, dia juga pernah membela Timnas Libya dalam dua pertandingan dan tidak heran jika dia didapuk menjadi kapten tim.***

Editor: Rustandi

Sumber: Instagram @inspecthistory


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x