Serta pikiran tak terkendali tentang apa yang terjadi. Menyaksikan peristiwa traumatis yang mempengaruhi orang lain dapat menyebabkannya.
“PTSD adalah ketika seseorang mengalami atau menyaksikan kejadian traumatis, baik itu cedera secara fisik, kekerasan seksual atau jenis ancaman lain yang dirasakan, sehingga orang tersebut terus menderita efek negative lama setelah kejadian itu berlalu.” Jelas David Liu, seorang terapis kesehatan mental di Hong Kong.
Baca Juga: Geram! Akishino Ayah Putri Mako Jepang Kecam Media Karena Berita Fitnah Tentang Pernikahan Anaknya
PTSD kompleks adalah paparan trauma, terkadang berulang kali dan dalam janka waktu lama, biasa 15 tahun pertama kehidupan.
Seperti pengabaian emosional, penghinaan, intimidasi, kekerasan, kemarahan, dan masalah keterikatan yang terganggu selama perkembangan.
Untuk mengidentifikasi seseorang atau bahkan diri sendiri mengalami PTSD atau tidak, bisa dengan memerhatikan perubahan perilaku, suasana hati, dan kepribadian yang terus menerus signifikan setelah peristiwa traumatis.
Biasanya menjadi lebih mudah marah atau lebih tidak sabar dari biasanya. Dr Elisabeth Wong, spesialis psikiatri Hong Kong mengatakan gejala lain dari PTSD adalah ketika seseorang menjadi lebih menarik diri secara sosial, terus membatalkan kencan, berhenti bekerja, dan tampak tidak tertarik saat bersama orang lain.
Gangguan stress pasca trauma atau PTSD sendiri dapat diobati secara efektif dengan perawatan seperti terapi pemrosesan kognitif (CPT), terapi paparan lama (PE) dan pemrosesan ulan desensitisasi gerakan mata (EMDR), atau antidepresan yang diresepkan dalam kombinasi terapi.
David Liu mengjelaskan kombinasi pengobatan dapat mengurangi depresi dan kecemasan, pikiran yang terjebak, dan memungkinakan orang untuk tidur.