JURNAL SOREANG – Pernikahan kontroversial Putri Mako Jepang dengan Kei Komuro menyoroti perjuangan anggota keluarga kerajaan dalam menyeimbangkan kehidupan publik dan pribadi mereka.
Hal ini bagi beberapa pakar disebut sebagai tanda peringatan untuk mempertahankan monarki dalam demokrasi yang modern.
Putri Mako, keponakan Kaisar Naruhito ini mengadakan pernikahan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya di keluarga kerajaan.
Ia melewatkan ritual pernikahan tradisional yang biasa dilakukan keluarga kekaisaran dan menolak pembayaran 150 juta yen, ditengak kegelisahan publik atas laporan media tentang perselisihan keuangan yang melibatkan Ibu Komuro.
Keluarga suami putri Mako ini telah menjadi sasaran empuk media, sehingga membuat orang tidak yakin bahwa KOmuro cocok untuk menjadi kerabat keluarga Kekaisaran.
Sang putri meninggalkan status kerajaannya dan berganti nama menjadi Mako Komuro.
Baca Juga: Fakta Unik Korea Selatan yang Tidak Ada di Negara Lain Seperi Brunei Darussalam
Kenneth Ruoff, seorang professor sejarah Jepang modern di Universitas Negeri Portland, mengatakan “pernikahan putri mako adalah tanda peringatan.”