Network
JURNAL SOREANG - Video dengan judul "Sindiran Pedas Sultan Brunei Darussalam kepada Presiden Jokowi" beredar di media sosial.
Video yang berisi potongan rekaman pidato Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, itu berasal dari kanal Abang AgunqS di YouTube.
Salah satu akun yang menyebarkan video itu, yakni di Facebook, adalah akun Alfazy Khan Alfazy. Ia mengunggah tautan video tersebut pada 20 Desember 2019.
Baca Juga: Waduh, Jelang Seri Kedua Liga 1 2021-2022, Tiga Pemain Persib Alami Gangguan Kesehatan
Alfazy Khan Alfazy mengirimkan tautan video YouTube berdurasi 2 menit 5 detik itu tersebut ke grup Facebook bernama "Grup Fans Ust Abdul Somad Lc, MA".
"Isu hangat minggu kali ini, yakni seputar sindiran pedas perihal ucapan yang di lontarkan oleh, Sultan Brunei Darusalam kepada Presiden Jokowi Dodo. Entah tujuan apa beliau mengucapkan kata seperti itu, terlepas dari semua mudah"han hubungan kedua negara tetap membaik," tulisnya.
Benarkah Sultan Brunei Darussalam memberikan sindiran pedas kepada Presiden Jokowi?
Baca Juga: Kenapa Dinerf ! Padahal Clude Masih Menjadi Pilihan di Mobile Legend MLBB
Dikutip dari kominfo.go.id, video tersebut merupakan tayangan pidato Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah kepada jajaran menterinya.
Pidato itu digelar dalam persidangan Khas Menteri dan Kabinet yang di laksanakan di Istana Nurul Iman, kediaman resmi Sultan Brunei, pada 7 Februari 2018.
Jadi pidato Sultan Brunei itu samasekali bukan ditujukan kepada Presiden Jokowi.
Melalui reverse image, ditemukan foto identik yang diunggah kanal Youtube RTB News, melalui video berjudul "Berita Perdana 07 Februari 2018".
Kanal Youtube tersebut adalah stasiun berita milik pemerintah Brunei Darussalam.
Informasi hoaks tersebut masuk dalam kategori Misleading content (konten menyesatkan).
Baca Juga: Mobile Legend (ML), Ternyata Inilah 4 Alasan Claude MLBB Kembali Meta Padahal Di Nerf!
Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok.
Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.
Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya. ***
