Pemberontakan Komunis di Kerajaan Sultan Hassanal Bolkiah, Begini Sejarah Partai Rakyat Brunei Darussalam

- 27 September 2021, 18:13 WIB
Potret dua pemimpin Brunei Darussalam, Sultan Omar Ali Saifuddien dan putranya, Sultan Hassanal Bolkiah
Potret dua pemimpin Brunei Darussalam, Sultan Omar Ali Saifuddien dan putranya, Sultan Hassanal Bolkiah /@bruneiroyalfamily

Baca Juga: Tegas! Fadli Zon Ingatkan Pelajar untuk Tidak Nyontek: Itu Adalah Suap

Pada 9 Desember 1962, pemberontakan itu gagal ketika Sultan Omar Ali Saifuddin III menyatakan PRB ilegal dan mengutuk TNKU untuk pengkhianatan meskipun insiden sporadis masih terus terjadi.

Sultan juga menyatakan secara terbuka niat Brunei untuk tidak bergabung dengan federasi Malaysia. Setelah berlangsung selama 5 bulan, pemberontakan pun berakhir dengan ditangkapnya salah satu pimpinan PRB yakni Yassin Affandi.

Sementara itu pimpinan PRB lainnya yakni A. M. Azahari berada di Manila selama pecahnya pemberontakan lalu melarikan diri ke pengasingan di Jakarta.

Baca Juga: Rizzky Billar Akui Nikah Siri, Lydia DA: Tujuan Apa Ya Mak, Nikah Siri

Kemudian pada 13 Oktober 1973, tahanan PRB yang menolak untuk meninggalkan partai memutuskan untuk melarikan diri dari penjara dan membangun kembali partai di pengasingan.

Selanjutnya di bulan Desember, Komite Ad Hoc untuk Kemerdekaan Brunei didirikan di Kuala Lumpur. PRB pun secara resmi diaktifkan kembali dengan A. M. Azahari sebagai presiden pada 7 Mei 1974.

PRB terus menggalang dukungan moral dan material internasional sepanjang tahun 1970-an dan mengakibatkan Majelis Umum PBB mengadopsi Resolusi 3424 yang menetapkan prinsip-prinsip suksesi dan legitimasi bahwa setiap pemerintah yang didirikan di Brunei harus bertemu.

Baca Juga: Upload Lowongan Editor Konten, Rizky Billar Dicandain Netizen

Status PRB saat ini diyakini masih beroperasi di pengasingan meskipun kemungkinan besar tidak aktif.

Halaman:

Editor: Handri

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x