"Saya berharap kesepakatan untuk mengunjungi Xinjiang segera tercapai. Tanpa pembatasan dan pengekangan," sebut Antonio Guterres.
Baca Juga: Fakta Unik Masjidil Haram, Selalu Ada Sholat Jenazah dalam Setiap Shalat Fardhu
Baca Juga: Sempat Dihentikan Donlald Trump, Joe Biden Memulihkan Bantuan Kemanusiaan Untuk Palestina
Meski demikian, sejumlah kalangan aktivis kemanusiaan ragu China akan membuka pintu untuk PBB.
Sebelumnya, lembaga Newlines Institute of Strategy amd Policy asal Amerika Serikat membeberkan hasil investigasi yang mereka lakukan terkait tindakan geniosida China terhadap muslim Uighur.
Dalam laporan investigasi setebal 25 ribu halaman tersebut mengungkapkan Partai Komunis China (PKC) telah melanggar perjanjian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tahun 1948 tentang genosida.
"Niat untuk menghancurkan uighur sebagai sebuah kelompok berasal dari bukti objektif, terdiri atas kebijakan negara dan Presiden Xi Jinping sebagai otoritas tertinggi," dalam laporan Newlines Institute of Strategy amd Policy terkait tindakan genosida China.
Melalui sebuah keterangan resmi, China bereaksi atas atas kecaman dan sanksi yang diberikan pihak Uni Eropa. Mereka mengaku muak atas ujaran hak asasi manusia yang dituduhkan kepada mereka.
"Berhenti mengajari yang lain soal hak asasi manusia dan jangan mengganggu urusan dalam negeri. Uni Eropa harus berhenti dengan kemunafikan dan standar ganda mereka," bunyi keterangan resmi China
Pada Sabtu, 27 Maret 2021, China dilaporkan telah menahan 2 warga negara Kanada yang mengkritik perlakuan China terhadap Muslim Uighur si Xinjiang.