Resmi! Militer Arab Saudi dan China Bekerjasama Mengatasi Masalah Muslim Uyghur, Begini Rencana Mereka

29 Januari 2022, 10:49 WIB
Ilustrasi gambar, Muslim di Uyghurs China Mendapat Perlakuan Kejam, Israel Tandatangani Pernyataan untuk Mendesak China /Levi Meir Clancy on Unsplash

JURNAL SOREANG - Arab Saudi dan China telah berjanji untuk memperluas kerja sama mereka di bidang pertahanan dan hubungan militer bilateral, semakin memperkuat hubungan antara kedua negara.

Dalam pertemuan virtual pada Kamis 27 Januari 2022, Menteri Pertahanan Nasional China, Wei Fenghe, dan Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Khalid bin Salman bersepakat.

Mereka menyepakati koordinasi dan kerja sama yang lebih besar dalam menentang taktik hegemonik dan intimidasi di kawasan itu, sambil mengadvokasi untuk melindungi kepentingan negara-negara berkembang.

Wei menyatakan bahwa militer China bersedia menjaga komunikasi strategis dengan angkatan bersenjata Saudi sejalan dengan mekanisme kerja sama yang direncanakan di antara mereka.

Baca Juga: Kilas Balik! Pergelaran Piala Dunia 1950, Ajang Kebangkitan Sepak Bola Setelah Perang Dunia 2

Dikutip Jurnal Soreang dari middleeastmonitor.com, ia juga menyampaikan tujuan untuk meningkatkan solidaritas dalam membandingkan pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung.

Khalid bin Salman memuji kemitraan strategis dan kemajuan dalam hubungan militer antara Riyadh dan Beijing, dengan mengatakan bahwa hal itu terus berkembang dan menegaskan kembali perlunya lebih banyak kerja sama militer.

Menteri China juga berterima kasih kepada bin Salman atas dukungan setia Kerajaan untuk penganiayaan China terhadap populasi Muslim Uyghur di provinsi barat laut Xinjiang dan penindasan gerakan demokrasi anti-Beijing di Hong Kong.

Arab Saudi adalah salah satu dari daftar negara-negara mayoritas Muslim yang telah menolak untuk mengutuk atau menyelidiki penganiayaan terhadap Uyghur.

Baca Juga: Susah Dipecahkan! Inilah Pernyataan Paradoks Zeno yang Membingungkan Matematikawan

Kemudian mereka telah setuju untuk bekerja sama dengan Beijing dalam mendeportasi Uyghur di luar negeri kembali ke China. Lainnya termasuk Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Pakistan dan Maroko.

Sejumlah orang Uyghur juga mendekam dalam tahanan di bawah otoritas Saudi dan berisiko dideportasi kembali ke China, termasuk seorang cendekiawan Islam yang dilaporkan awal bulan ini berada di ambang deportasi. ***

Editor: Azmy Yanuar Muttaqien

Sumber: middleeastmonitor.com

Tags

Terkini

Terpopuler