Sekolah Film Pertama di Negeri Sultan Hassanal Bolkiah! Brunei Darussalam Buka Institut Seni Mahakarya Asia

1 Desember 2021, 21:51 WIB
Institut Seni Mahakarya Asia di Brunei Darussalam /Youtube Universitas Mahakarya Asia

JURNAL SOREANG - Saat Anda melangkah ke lorong-lorong ramping dari perguruan tinggi pembuatan film pertama di Brunei dengan studio film yang apik, rasanya seperti dibawa ke lokasi syuting film Hollywood.

Institut Seni Mahakarya Asia adalah gagasan dari sutradara lokal Siti Kamaluddin dan mitra produksinya Munji Athirah.

Dikutip Jurnal Soreang dari SCMP, keduanya merasa negara ini memiliki bakat yang kuat untuk pembuatan film tetapi tidak memiliki pelatihan yang tepat dalam seni pembuatan film.

Siti, yang film fitur pertamanya 'Yasmine' mendapat pengakuan internasional, tahun lalu merilis Hari Minggu Yang Ke-Empat.

Baca Juga: Mengejutkan! 10 Fakta Pesta Ultah Sultan Hassanal Bolkiah Super Mewah, Habiskan Rp386 Miliar Party Seminggu

Minggu Yang Ke-Empat adalah sebuah film yang difilmkan di lokasi perpindahan, dengan pemeran seluruhnya orang Brunei.

“Saya sangat menyukai proses pembuatan Hari Minggu Yang Ke-Empat karena crew yang kami latih. Kami mencoba sebanyak mungkin untuk menggunakan penduduk setempat dan saya sangat terkesan dengan semangat dan dedikasi mereka dalam pembuatan film,” katanya.

Tentu saja, Brunei memiliki industri film yang kurang berkembang, dengan hanya beberapa film lokal yang dibuat dalam lima tahun terakhir.

Film-film itu termasuk film Siti dan franchise Apa-Ada Dengan Rina yang mencuri ide film Ada Apa Dengan Cinta, karya sutradara Riri Riza di Indonesia.

Baca Juga: Jarang Diketahui! 17 Fakta Istana Nurul Iman Rumah Sultan Hassanal Bolkiah di Brunei Darussalam, Rp14 Triliun

Bahkan lebih sedikit lagi yang diputar secara internasional.

“Di Brunei kami tidak memiliki cukup film layar lebar padahal film adalah cara yang bagus untuk berbagi cerita dengan seluruh dunia,” kata Siti.

“Saya pribadi tumbuh dengan film hitam putih Indonesia dan Malaysi. Ketika saya memikirkannya, saya sedih karena kami tidak memiliki sejarah pembuatan film itu," tambahnya kemudian.

“Kita harus memulai dan itu harus dimulai dengan cerita yang sangat lokal — kita perlu membuat konten yang dapat dikaitkan dengan penduduk lokal,” lanjutnya.

Baca Juga: 7 Fakta Tentang Shannon Marketic, Miss Amerika Serikat yang Pernah Diculik Pangeran Jefri Bolkiah di Brunei

Institut Mahakarya ingin membina bakat lokal untuk menampilkan identitas Brunei di layar lebar, serta menciptakan ekosistem yang berkelanjutan untuk pembuatan film dan konten kreatif di kesultanan.

Sekolah film menawarkan Diploma Layar dan Media dua tahun, yang berfokus pada keterampilan mengajar yang dibutuhkan di belakang kamera seperti pembuatan dan produksi konten.

Mereka bermitra dengan TAFE Queensland untuk membantu merancang program diploma, dan memberi siswa kesempatan untuk mendapatkan pengalaman industri di Australia.

“Ketika mereka lulus dalam dua tahun, ada beberapa jalur yang bisa mereka tempuh. Salah satunya adalah langsung terjun ke industri… atau bisa juga memilih melanjutkan pendidikan di Australia, dimana mereka bisa masuk program gelar di universitas mitra,” kata Dr Alexander J. Fischer, dekan Mahakarya.

Baca Juga: Miss Amerika Serikat Shannon Marketic Mengaku Pernah Diculik Pangeran Jefri Bolkiah di Brunei, Begini Kisahnya

Para mahasiswa angkatan pertama program diploma akan mendapat kesempatan untuk menggarap film ketiga Siti, sebuah komedi yang rencananya akan mulai syuting tahun ini.

Dengan keinginan untuk mendorong pelatihan dan standar yang lebih baik dalam industri film lokal di luar komedi slapstick dan film aksi yang memanjakan diri sendiri, tim Mahakarya mengatakan ingin menghadirkan era baru, dimana akan ada lebih banyak film asli karya orang Brunei.

Salah satu cara yang mereka harapkan adalah dengan menggelar festival film pendek tahunan yang dijuluki Brunei Film Blitz, yang kini memasuki tahun kedua.

“Negara ini belum memproduksi konten yang cukup untuk membangun dirinya secara unik, karena kebanyakan orang Brunei tumbuh dewasa ini dengan konten asing, film Hollywood, dan acara TV dari Indonesia dan Malaysia,” tandasnya. ***

 

Editor: Azmy Yanuar Muttaqien

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler