Network
JURNAL SOREANG- Musisi Indonesia, Nazril Irham atau biasa dikenal Ariel NOAH mengaku semasa kecilnya, pernah dikeroyok oleh teman-temannya. Hal itu ia sampaikan saat bertemu dan mengobrol bersama pelawak kondang Entis Sutisna (Sule).
Dikutip dari kanal Youtube Sule Channel, masa kecil Ariel ternyata tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Nakal dan sering berkelahi.
“Duh, kalau ditanya masa kecil mah, bangor (nakal). Saya masih simpen buktinya di rapor TK waktu dulu. Ada tulisan buat orang tua ‘anak ibu suka menyiksa anak lainnya’,” ujar Ariel seperti dikutip jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com dari kanal Youtube Sule Channel.
Baca Juga: Wah, Ariel Noah Ternyata Bukan Pandai Nyanyi dan Ciptakan Lagu, Tapi Jago Juga Rakit Komputer
Sontak, Sule pun kaget dan tidak bisa membayangkan Ariel berbuat seperti itu. Ariel pun menjelaskan, bahwa waktu kecil dirinya memiliki postur yang lumayan gemuk, dan sering menonton film kartun yang di dalamnya ada adegan berkelahi.
“Jadi waktu di Aceh, kan sering nonton. Punya temen satu, spesialis buat berantem. Kita anggap itu seperti olahraga aja,” ucap Ariel.
Musisi yang besar di Bandung itu kemudian menambahkan, bahwa dirinya semasa kecil tidak tahu, perbuatan yang dirinya lakukan itu adalah perundungan (Bully). Akan tetapi, saat Ariel pindah ke Bandung, dia menemukan hal yang berbeda.
“Ketika pindah ke Bandung, ternyata berantemnya ga satu lawan satu. Kirain sendiri, ternyata berlima. Wah, kalau disini berarti rame-rame. Semenjak dikeroyok, jadi jarang berantem,” tutur Ariel.
Sule pun kembali bertanya kepada Ariel, kenakalan apalagi yang pernah Ariel perbuat semasa kecilnya.
“Pernah makan lima, tetapi ngaku satu?,” tanya Sule.
“Wah, pernah pisan (pernah banget). Diajarin sama temen, ya mau gimana lagi. Jadi katanya bisa untung, bayarnya segini, tapi ambilnya tiga gini nih,” ucap Ariel.
Baca Juga: Masih Takut Divaksinasi Covid-19? Simak Pengalaman Ariel Noah, Raffi Ahmad dan dr Reisa Berikut Ini
Ariel melanjutkan, ketika dulu tidak ada pikiran bahwa perbuatan yang ia lakukan adalah tindak kriminal. Ariel menganggap itu adalah skill (kemampuan).
Setelah membahas masa kecilnya, Ariel pun melanjutkan obrolan dengan mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang pernah ia dapatkan.
“Disitu kan diberi tahu, budi pekerti. Kalo ini salah, itu benar, ini kurang baik dan itu lebih baik. Hanya ketika melakukan itu (darmaji), bukan ingin untung secara uang, tapi skillnya bisa secepat itu tidak?,” ucap Ariel.***
