Makna Warna Ungu dalam Sejarah
Disebabkan warna ungu sangat terkait dengan royalti, orang sering menganggapnya sebagai warna yang sangat agung. Asosiasi ini dengan royalti, serta kekayaan, berasal dari fakta bahwa pewarna ungu yang digunakan pada zaman kuno sangat langka dan sangat mahal.
Sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat pewarna dalam warna ini jauh lebih sulit didapat (karena ungu tidak umum di alam) dan jauh lebih mahal. Jadi hanya elit yang bisa menggunakan pewarna ungu. Asosiasi dengan pemborosan dan aristokrasi bertahan sampai hari ini.
Sekitar tahun 1200 SM, kota Tirus (di sepanjang pantai Fenisia kuno) mulai memproduksi pewarna ungu dengan menghancurkan cangkang siput laut kecil.
Warna yang dihasilkan kemudian dikenal sebagai ungu Tirus dan sangat terkenal sehingga disebutkan dalam karya Homer " Iliad" dan "Aeneid" dari Virgil. Alexander Agung dan raja-raja Mesir juga mengenakan pakaian berwarna ungu Tyrian yang terkenal.
Hubungan dengan keluarga kerajaan ini tidak hanya terbatas pada zaman kuno. Ungu adalah warna pilihan untuk Purple Robe of Estate yang dikenakan oleh Ratu Elizabeth II dalam perjalanan kembali ke Istana Buckingham setelah penobatannya pada tahun 1953.
Baca Juga: Meski Sering Bangkrut dan Tersakiti, 3 Weton Ini Tetap Sukses dan Kaya Raya, Ciri Manusia Kuat!
Pada umumnya, warna ungu lebih bersifat feminim sehingga banyak disukai wanita. Ternyata ada sejarah historis dibalik lambang feminisme ini. Pada 1916, Prancis memberikan hak pilih eksklusif pada para janda yang suaminya gugur di medan perang. Bermula dari sini, para pejuang hak pilih menggunakan warna ungu ketika melakukan aksi demonstrasi. Itu sebabnya, ungu kini dianggap lebih feminim dan menjadi simbol perjuangan wanita.
Lambang Warna Ungu dalam Psikologi