Menurut Ustaz Aang, perjalanan membangun zmart memang tidak semudah yang dibayangkan karena menyangkut perdagangan ritel dengan margin laba yang kecil.
"Awalnya BAZNAS RI menentukan pengusaha mitra Zmart untuk penyediaan barang adalah dari Bandung sehingga kita sedikit 'nakal' dengan pemasok barang dari pengusaha yang dekat Kuningan," katanya.
Hal itu disebabkan apabila pemasok barang dari Bandung tidak akan bisa bersaing dengan toko-toko di Kabupaten Kuningan.
"Demikian pula dengan lokasi zmart juga diusahakan jangan berjauhan. Memang terkesan indah apabila semua kecamatan ada zmart, tapi konsekuensinya pada biaya distribusi," ujarnya.
Selain itu, pembinaan ke penerima bantuan zmart juga harus dilakukan dengan rutin.
"Akhirnya kita memberikan bantuan secata bertahap agar penerima merasa terikat dan ikut pembinaan. Kalau bantuan langsung diberikan membuat penerima merasa tak lagi terikat," katanya.***