JURNAL SOREANG - Istilah crazy rich saat ini menjadi konotasi negatif mengingat beberapa kasus menjerat beberapa orang dengan label tersebut.
Publik banyak yang mengira bahwa kontasi kata crazy rich tersebut merupakan julukan bagi orang yang benar-benar kaya di Indonesia.
Namun istilah itu bergeser seiring waktu, kata crazy rich sendiri seolah jadi ungkapan untung orang yang sering memperlihatkan kekayaannya di sosial media.
Padahal pada kenyataannya beberapa orang yang dijuluki crazy rich sendiri tidak ada dalam urutan 100 besar orang terkaya di Indonesia.
Kata crazy rich menjadi sering digunakan dan menurut Rudy Salim kata tersebut pertama dicetuskan oleh Raffi Ahmad di channel youtubenya.
Kini ungkapan tersebut diberikan pada orang yang memamerkan kekayaanya di sosial media berdasarkan domisili.
Baca Juga: Korban Binary Option Tanggapi Permintaan Maaf Para Affilitor: Dimaafkan, Hukum Tetap Berjalan!
Contohnya seperti crazy rich Malang, crazy rich Surabaya, crazy rich Bandung hingga crazy rich Medan.
Saat ini tren Istilah real crazy rich, istilah tersebut adalah istilah baru yang disematkan pada beberapa orang kaya yang sebenarnya yang jarang melakukan pamer harta.
Ada beberapa orang yang saat ini dijuluki dengan istilah real crazy rich, salah satunya adalah ayah dari Grace Tahir yaitu Dato Sri Tahir.
Tahir masuk dalam jajaran orang terkaya di RI urutan ke-16 pada 2022 versi majalah Forbes.
Sementara itu, berdasarkan data dari majalah Forbes, Tahir memiliki kekayaan sebesar 2,8 miliar dollar AS atau sekira Rp 40 triliun.
Forbes menghitung kekayaan para konglomerat berdasar aset yang dimiliki baik perusahaan publik maupun pribadi, real estate, koleksi mobil, perhiasan, pesawat.
Dato Sri Tahir dalam sebuah wawancara dengan sang anak mengomentari sedikit tentang crazy rich saat ini.
Setelah sebelumnya sang anak Grace Tahir menyindir kasus Indra Kenz yang menjadi tersangka kasus investasi bodong.
Dato Tahir menyarankan para anak muda tidak mengikuti gaya hidup crazy rich, dia mengungkapkan bahwa gaya hidup mereka lebih menekankan pada gengsi bukan atas dasar kebutuhan.
Dirinya mengungkapkan bahwa gaya hidup tersebut diibaratkan seperti sampah dan tidak berguna.
"Saya punya pesan untuk anak-anak muda, jangan ikuti gaya hidup itu, itu adalah sampah," ungkapnya.
Dirinya juga mengatakan pada mereka yang ingin sukses untuk senantiasa bekerja keras dengan keringat agar cepat tercapai.
"Kamu harus bekerja keras dengan berkeringat untuk mendapatkan itu (sukses) dengan solid." tambahnya.
Tahir mengaku dulu dia adalah anak penyewa becak yang menggantungkan hidup dari uang setoran tukang becak.
Sampai saat ini Tahir mengaku kadang masih merasa tidak percaya diri karena latar belakang dirinya yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Memiliki nama lahir Ang Tjoen Ming, kelahiran 26 Maret 1952, seorang investor,
filantropis, dan pendiri Mayapada Group.
Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak, dan TV berbayar, properti, rumah
sakit, dan rantai toko bebas pajak.
Dengan nama lengkap Dato' Sri Prof. Dr. Tahir MBA yang mendapatkan beberapa gelar kehormatan dari beberapa negara dan Universitas.
Tahir menerima gelar Dato' Sri dari Sultan Pahang, Malaysia pada bulan Mei 2010 atas kontribusinya dalam masyarakat dan menyelesaikan konflik antar perusahaan.
Tahir juga menerima gelar profesor dari Lingnan College, Sun Yat-Sen University untuk periode Oktober 2011 hingga September 2014.***