FPKS DPR Desak BUMN Pangan Harus Punya Target Waktu untuk Membendung Derasnya Impor Pangan

- 20 Mei 2021, 14:38 WIB
Aktivis yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Pertanian (Komar) melakukan aksi demonstrasi di Perempatan Ringroad UPN, Condongcatur, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (22/3/2021). Mereka menuntut pemerintah berhenti melakukan impor beras karena dinilai akan merugikan dan menyengsarakan petani.
Aktivis yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Pertanian (Komar) melakukan aksi demonstrasi di Perempatan Ringroad UPN, Condongcatur, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (22/3/2021). Mereka menuntut pemerintah berhenti melakukan impor beras karena dinilai akan merugikan dan menyengsarakan petani. /Foto: Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko/

JURNAL SOREANG- Anggota FPKS  DPR RI Komisi IV, Andi Akmal Pasluddin, setelah Rapat Dengar Pendapat dengan BUMN sektor pangan selama dua hari terakhir, 18 - 19 Mei 2021, mengatakan Indonesia belum fokus mengoptimalkan kekuatan sumber daya yang dimiliki.

Akhirnya sudah berpuluh-puluh tahun menghadapi persoalan yang berulang terkait impor komoditas pangan pokok.

"Kita selama ini menganggap besarnya penduduk kita menjadi salah satu kekuatan bangsa. Namun dengan tidak teroptimalisasi Sumber Daya Alam yang dimiliki untuk dikelola secara efektif dan efisien, akhirnya negara kita hanya sebagai obyek pasar semata," kata Akmal.dalam pernyataannya, Kamis 20 Mei 2021.

Baca Juga: Tinggi, Impor Pangan Sepanjang Kuartal I 2021, FPKS DPR: Pemerintah Seperti Tidak Punya Cara Lain

Politisi PKS ini sangat menyesalkan impor segala komoditas pangan di kuartal I-2021 mulai dari garam, gula, kedelai, jagung, bawang putih, ikan hingga beras merupakan bukti negara ini hanya sebagai obyek pasar semata.

"Padahal segala sumber alamnya, sangat mumpuni menyediakan semua komoditas ini akan tetapi teknologi dan pengelolaan secara efektif dan efisien masih belum mampu ditemukan," ujarnya.

Akmal mencontohkan, berkaitan dengan garam atau gula. Untuk keperluan Industri, kualitas produk yang dihasilkan secara kebutuhan jumlah tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Padahal, lanjutnya, bentangan pantai negara Indonesia terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.

Baca Juga: Bisa Jadi Musibah Nasional Masuknya Daging Ayam Impor, Harga Hanya Rp14 Ribu Per Kg

"Ini bukti, alam Indonesia ini telah menyediakan apa yang dibutuhkan, tapi kita tidak mampu mengelolanya mengubah yang disediakan alam untuk dikonsumsi manusia pada skala industri," katanya.

Dia mendorong, mestinya BUMN pangan dengan beragam fokus kerjanya, mulai dari Bulog, RNI, PT SHS, PT Pertani, PT Berdikari, PT Perindo, PT Perindus, PT Garam dan lain sebagainya, agar memiliki ujung waktu, untuk merealisasikan, negara ini bebas impor, secara perlahan akan komoditas pangan.

"Tidak Mesti berbarengan, tetapi terarah, terukur, satu-persatu mewujudkan impian bangsa akan kedaualatan negara di sektor pangan. Sektor pangan harus menjadi komoditas strategis yang mempunyai dimensi pertahanan dan keamanan Negara bukan sekedar komoditas perdagangan biasa," ucap Akmal.

Legislator asal Sulawesi Selatan II ini sangat menyayangkan begitu banyaknya pemborosan-pemborosan di berbagai sektor pangan terjadi di berbagai lini. Ia mencontohkan dampak impor yang tak terukur yang mengakibatkan barang turun mutu yang akhirnya di buang atau berubah fungsi dari makanan manusia menjadi makanan ternak.

Baca Juga: Anggota DPR: Kenaikan Harga Pangan di Ramadhan Mesti Dirasakan Petani, Jangan Hanya Dinikmati Tengkulak

"Belum lagi banyak upaya kegiatan-kegiatan yang tidak tuntas, berganti manajemen, berganti orang, yang menghamburkan banyak sekali sumberdaya tetutama sumber daya finansial," katanya.

Akmal  berharap, ada kerjasama yang terkoneksi dengan baik, antara kementerian teknis, kementerian pembuat regulasi dan BUMN Pangan untuk mewujudkan pembebasan negara ini dari importasi pangan.

"Minimal ada pengurangan signifikan dari tahun-ke tahun akan impor pangan. Negara yang besar penduduknya ini jangan hanya jadi obyek pasar dunia. Tetapi perlu langkah konkrit negara ini menjadi produsen untuk kebutuhan masyarakat dunia dengan ketersediaan Sumber Daya Alam yang perlu dikelola secara efektif dan efisien", tutup Andi Akmal Pasluddin.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah