Sosok Munding Dongkol, Pertanda Bencana Banjir Segera Tiba

Sam
- 13 Oktober 2020, 14:22 WIB
Salah satu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dari sekolah setempat di pos pemantauan Komunitas Munding Dongkol di Bojong Asih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu. /Istimewa
Salah satu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dari sekolah setempat di pos pemantauan Komunitas Munding Dongkol di Bojong Asih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu. /Istimewa /Istimewa

"Awalnya, berangkat dari kebiasaan masyarakat disini yang sudah lumrah menghadapi banjir, saya dan kawan-kawan merasa tergugah dan kasihan kepada mereka termasuk keluarga saya (korban banjir) yang 'tipaparetot" (bergegas) karena merasa kaget, saat banjir melanda yang datang secara tiba-tiba." katanya.

Bayangkan, ketika warga sedang enak tidur, kata Acim, tiba-tiba pas bangun kasurnya sudah basah, terus air sudah masuk rumah yang dalamnya bisa mencapai 2 meter lebih, pasti warga tersebut "tipaparetot" untuk segera menyelamatkan diri dan keluarganya.

Baca Juga: Gus Yaqut Singgung Soal Kasus Petani Kertasari Saat Ketemu BPN Kabupaten Bandung

"Berangkat dari hal itu lah, kita membuat komunitas Munding Dongkol yang berfungsi sebagai penanda dan pemberi pesan kepada masyarakat untuk bersiap menghadapi banjir supaya tidak kaget tatkala banjir tiba di wilayahnya." ungkapnya.

"Jadi pada prinsipnya, yang perlu diimplementasikan dengan adanya Munding Dongkol tersebut adalah semangat untuk saling mengingatkan bahwa tanda-tanda bencana banjir akan melanda warga." imbuh Acim.

Acim pun mengakui, bahwa masih sedikit komunitas masyarakat yang hidup di bantaran sungai Citarum, yang betul-betul bergerak secara konsisten dan berkelanjutan mengampanyekan kelestarian Citarum.

Baca Juga: Total Kasus Covid-19 Kabupaten Bandung Semakin Dekati 900 orang

"Mereka lebih memilih bekerja full di pabrik atau toko, ketimbang memperhatikan kelestarian sungai, bahkan mereka pun bikin komunitas, tapi komunitas touring (dibaca: turing)," kelakarnya.

Selain berkegiatan dalam hal kepedulian sungai, Acim pun mengatakan, bahwa kegiatan komunitas juga terfokus pada pendidikan anak-anak sekitar terkait ilmu dan literasi, serta sejumlah kegiatan pemberdayaan masyarakat tani di sekitarnya.

Tak dinyana, lambat laun Acim dan komunitasnya mampu merubah rupa salah satu sudut bantaran sungai menjadi tempat yang layak untuk berkegiatan. Bahkan ornamen disekitaran bantaran itu pun menggunakan material asli dari bantaran sungai.

Halaman:

Editor: Sam


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x