Cerita Isolasi Mandiri di BLK: Berjemur Sampai 4 Kali Sehari, tapi Makanan Terjamin

- 17 Maret 2021, 14:03 WIB
Ilustrasi isolasi mandiri untuk orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.*
Ilustrasi isolasi mandiri untuk orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.* /Dok. Hallo Media/M. Rifa'i Azhari

JURNAL SOREANG- Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) sejak awal pandemi dijadikan pusat isolasi mandiri bagi warga Kabupaten Bandung yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Salah satu warga yang isolasi mandiri di BLK Kabupaten Bandung di Kelurahan Manggahang, Baleendah, mengisahkan pengalamannya.

"Saya selama 11 hari pada awal Maret lalu harus 'masantren' di BLK karena positif Covid-19. Sebelumnya lima hari isolasi mandiri di salah satu ruangan madrasah," kata warga Solokan Jeruk, Adjat Abdullah Mubarok.

Baca Juga: Patut Dicontoh, Warga RW 11 Dago Berikan Bantuan kepada Warga yang Isolasi Mandiri

Pria yang juga menjadi pengurus BAZNAS Kabupaten Bandung ini menuturkan, kalau isolasi mandiri di madrasah terasa sunyi sebab sendirian.

"Makanan dan vitamin juga tidak terjamin sebab biasanya istri yang kirim makanan di depan pintu kamar isolasi," kata Adjat di gedung BAZNAS Kabupaten Bandung, Rabu 17 Maret 2021.

Namun dengan ikut ke BLK Kabupaten Bandung kondisinya berubah karena banyak teman senasib dan sepenanggungan.

Baca Juga: Tempat Isolasi Mandiri Penuh, Satgas Covid-19 Kota Bandung Dorong Kecamatan Lobi Apartemen

"Cuma ya itu kegiatannya dari bangun untuk salat Subuh lalu lebih banyak berjemur. Sampai empat kali berjemur dari pagi sampai sore hari saat matahari bersinar," katanya.

Selain itu, ada pengangkatan Ketua RW untuk memimpin peserta isolasi mandiri dengan jabatan singkat.  "Saya pernah menjadi ketua RW di BLK sslama.empat hari lalu diganti sebab saya akan pulang setelah dinyatakan negatif," katanya.

Kegiatan lainnya berupa mengisi ceramah singkat via WA grup warga isolasi mandiri dan membaca Alquran di kamar.

Baca Juga: Isolasi Mandiri! Uya Kuya Positif Covid-19, Bagaimana Cara Menjalaninya? Ini Cerita Saat Isolasi di Apartemen

"Tidak ada pesawat televisi sebab dikhawatirkan tambah stres saat menonton berita televisi. Kalau mau buka hiburan paling di ponsel, tapi kan lumayan kuotanya sebab tidak ada WiFi," katanya yang mengakui makanan dan vitamin dijamin Pemkab Bandung.

Soal berjemur ini di kalangan masyarakat Sunda ada istilah 'moto' atau moe tonggong. Yakni "mandi sinar matahari" pada pagi hari sampai sekitar pukul 9.00 atau pukul 10.00.

Ternyata 'moto' banyak manfaatnya lho. Para peneliti dari University of California, San Diego School of Medicine menemukan, orang yang kadar vitamin D-nya rendah, dua kali lebih mungkin mengalami kematian dini dibandingkan mereka yang kadar vitamin D dalam darahnya lebih tinggi.

Baca Juga: Jatah Vaksinasi Covid-19 Diberikan Bertahap, Ini Permintaan Kadinkes Kota Bandung

Studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Public Health tersebut menggunakan ulasan sistematis 32 studi yang menganalisa jumlah vitamin D dalam darah dan angka kematian manusia.

Pengukuran jumlah vitamin D dalam darah menggunakan tes 25-hydroxyvitamin D. Dalam studi ini, warga dari 14 negara termasuk Amerika Serikat dilibatkan selama 9 tahun masa penelitian dengan total partisipan sebanyak 566.583 orang.

Usia rata-rata partisipan saat tes pengambilan darah rata-rata ialah 55 tahun."Tiga tahun lalu, Institute of Medicine (IOM) menyimpulkan memiliki kadar vitamin D dalam darah yang terlalu rendah, berbahaya," ujar profesor di Departement of Family and Preventive Medicine dari UC San Diego, Cedric Garland, DrPH., seperti dilansir laman resmi University of California, San Diego.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah