Ganti Menteri Ganti Kebijakan? Begini Nasib Merdeka Belajar untuk Jaga Keberlanjutan Transformasi Pendidikan

- 7 Februari 2024, 09:37 WIB
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Hasil PISA dan Transformasi Pendidikan di Indonesia” yang disiarkan melalui kanal Youtube KEMENDIKBUD RI, baru-baru ini.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Hasil PISA dan Transformasi Pendidikan di Indonesia” yang disiarkan melalui kanal Youtube KEMENDIKBUD RI, baru-baru ini. /Kemendikbudristek /

Pertama, keberadaan ratusan ribu Guru Penggerak yang menjadi agen perubahan membawa paradigma baru di dunia pendidikan dan ikut membawa pengaruh positif bagi guru-guru lainnya.

Kedua, sebanyak 80 persen sekolah di Indonesia secara sukarela telah mulai mempelajari tentang prinsip, ide, dan mengimplementasikan bagian-bagian dari Kurikulum Merdeka.

Terakhir, revolusi digital melalui platform-platform pendukung pembelajaran yang telah diluncurkan oleh Kemendikbudristek. Ia juga menekankan untuk tidak memandang gerakan ini sebagai kebijakan pemerintah yang bersifat top-down, melainkan fokus pada gerakan akar rumput.

 

“Di negara berkembang seperti Indonesia, sistem pendidikan harus selalu memprioritaskan para murid yang tertinggal. Diperlukan mandat yang jelas tentang kebijakan pemerintah agar benar-benar memprioritaskan kurikulum serta pengajaran dengan berfokus pada mereka yang berpotensi tertinggal,” kata Mendikbudristek.

Bukti konkret transformasi pendidikan nasional, salah satunya terlihat dalam penanganan pandemi Covid-19 lalu. Pandemi Covid-19 telah memaksa sektor pendidikan bertransformasi secara cepat.

Berdasarkan hasil Programme for International Student Assesment (PISA) 2022, dampak pandemi Covid-19 terhadap penutupan sekolah membuat banyak siswa di berbagai negara mengalami kemunduran belajar (learning loss).

Hal tersebut berdampak pada menurunnya rata-rata skor literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains internasional. Kendati demikian, Indonesia berhasil mempertahankan skornya di tingkat rata-rata atau bahkan lebih baik dari rata-rata internasional.***

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah