JURNAL SOREANG – Ada kepercayaan yang mengatakan bahwa serigala hanya melolong saat bulan purnama tiba.
Hal tersebut juga menciptakan kepercayaan bahwa mereka hanya melolong pada bulan hanya ketika sang bulan sedang purnama, tapi tidak ketika bulan melalui fase-fase lain.
Kepercayaan tersebut merambat kepada kelahiran mitos-mitos lain, seperti keberadaan serigala jadi-jadian atau werewolf. Serigala jadi-jadian adalah sesuatu yang berawal dari mitologi Yunani dan Romawi.
Disebutkan bahwa serigala jadi-jadian merupakan manusia yang berubah menjadi serigala ketika bulan purnama tiba.
Tetapi, beberapa mitos juga berkata bahwa mereka tak sepenuhnya berubah menjadi serigala, melainkan hanya bertingkah seperti binatang tersebut. Tentu saja, semua tersebut hanyalah dongeng yang diceritakan secara turun-temurun. Tetapi, apakah hal yang mengawali semua mitos tersebut—kebiasaan serigala untuk melolong pada bulan—juga merupakan karangan belaka?
Baca Juga: Kejari Morotai Cecar Penyidik Polres Morotai, Lantaran Tolak Laporan Tim Satgas BBM, Ini Asalnya
Hubungan Antara Serigala dan Bulan
Selama bertahun-tahun lamanya, manusia telah sering mendengar lolongan serigala, khususnya pada malam hari. Serigala menghabiskan siangnya dengan tidur. Kemudian, ketika matahari mulai terbenam, mereka akan bangun untuk mulai berburu.
Itulah mengapa manusia pada zaman dahulu mengaitkan kebiasaan serigala tersebut dengan bulan. Moncong serigala yang seolah menunjuk ke arah bulan ketika mereka sedang melolong juga ikut menjadi alasan pendorong mengapa mereka diasumsikan mengirimkan lolongannya pada bulan.