JURNAL SOREANG- Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN SGD Bandung, harus menguasai dua kemampuan yakni akademis dan luar akademis khususkan nmembangun jejaring. Hal ini menjadi kunci keberhasilan saat ini dan masa depan.
"Dengan dua kunci itu mampu melihat berbagai peluang demi menyongsong masa depan yang lebih baik," kata
Wakil Dekan III FAH UIN SGD, Dr. H. Ading Kusdiana, M.Ag., pada Webinar Literasi, yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa SPI FAH UIN SGD.
Kalau ingin masa depan sukses, lanjut Dr. H. Ading, maka para mahasiswa harus menguasai dua kemampuan tadi. Pertama terkait dengan intelektualitas, berarti harus belajar dengan baik agar bisa menimba ilmu pengetahuan dan berbagai keahlian.
" Kedua, terkait dengan kepekaan sosial dan membangun jaringan (network)," ujarnya, Selasa, 23 Februari 2021.
Apalagi di era revolusi industri 4.0, mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan menimba ilmu sebanyak-banyaknya, memperluas wawasan, serta melatih skill dan keterampilan.
“Kita juga harus melek dan mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk kebaikan dan kesejahteraan hidup. Kalau tidak, kita tertinggal bahkan tergilas oleh bangsa-bangsa lain,” jelasnya.
Dr Ading mengingatkan fakta sejarah kemunduran dan keruntuhan Kekhalifahan Turki Utsmani, karena tidak melek terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di Benua Eropa. Dampaknya, peradaban Islam pun mengalami kemunduran.
Baca Juga: Alhamdulillah, 9 Dosen Kampus Ini Tersertifikasi Keahlian Internasional
“Anak-anak SPI bisa belajar dari sejarah Turki Utsmani ini! Agar kita tidak seperti itu!” kata Dr Ading didampingi Sekretaris Jurusan SPI Dr Widiati Isana, M.Ag.***